Menpora Zainudin Amali prihatin mendengar kabar pebulutangkis Indonesia terlibat match fixing. Ia berharap kasus ini jadi pelajaran bagi seluruh cabor.
Delapan pebulutangkis Indonesia diketahui telah terbukti melakukan match fixing. Mereka juga sudah dijatuhi hukuman berat menyusul pernyataan resmi BWF pada Jumat (8/1/2021).
Menpora telah mendengar kabar tersebut dan mengaku prihatin. Ia tak menyangka apalagi datang dari cabang andalan Indonesia, meskipun atletnya bukan pemain Pelatnas PBSI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sebenarnya prihatin ya mendengarkan kasus ini. Apalagi anak-anak ini bisa jadi harapan. Selain itu, saya prihatin karena ini cabor unggulan kita. Bahkan untuk Olimpiade ini menjadi penyumbang emas untuk kontingen Indonesia," kata Amali kepada detikSport, Jumat (8/1/2021).
"Pokoknya untuk semua cabang olahraga saya meminta supaya tidak melakukan hal-hal yang tidak sportif. Karena inti dari olahraga itu sportivitas, integritas, membangun karakter kita menjadi jujur dan sebagainya. Orang suka lupa yang penting prestasi, juara, tapi lupa dengan sportivitas. Mau didapat dengan cara apa," sesal Amali.
"Ini imbauan juga kepada para klub, para pelatih, pembina, supaya sering mengingatkan anak didiknya agar menjunjung tinggi nilai kejujuran, intergritas dalam olahraga. Itu yang sering kita abai," menteri asal Gorontalo ini menegaskan.
"Walau ini bukan tingkat elit (Pelatnas) tapi pasti mereka melihat dari pemain lain. Ini saja yang kebetulan kena. Cabor apapun kalau cara seperti sudah dilakukan pasti akan merusak olahraga itu. Sekarang sanksinya berat. Jangankan sanksi yang seumur hidup, yang 12 tahun saja, sudah mati kariernya itu. Nah, ini menjadi pelajaran betul."
"Itu juga kenapa saya begitu berambisi membuat lab antidoping karena saya punya komitmen terhadap kejujuran dan sportivitas dalam olahraga. Kami mau tunjukkan. Jadi bukan sekadar menghemat devisa kita yang lari ke luar negeri karena mengirim sample ke luar negeri. Tapi mengingatkan kita tentang sportivitas. Jangan pakai apa-apa tapi seauai kemampuan kita, kalau pakai doping maka nilai sportnya tercederai."
Menyoal hukuman, BWF tetap memberikan kesempatan kepada pemain untuk mengajukan banding atas sanksi diberikan. Sejauh ini PBSI masih melihat kemungkinan legal standingnya. Soal itu, Menpora Zainudin Amali mendukung apa yang menjadi keputusan federasi.
"Silakan saja. Tapi susah ya karena rulenya tetap di federasi, PBSI dan BWF. Apalagi dia bukan dalam Pelatnas berarti dari sisi yang dilihat PBSI berbeda. Jadi kita ikut saja PBSI, BWF, dan ini jadi pelajaran buat semuanya. Artinya untuk dapat hasil bagus ya latihan dan hasil bagus bukan ditunjukkan dengan kecurangan dan tidak sportif," ujarnya.