Tim dokter gizi PBSI mengharapkan atlet yang kembali ke rumah bisa menjaga asupannya menjelang Olimpiade 2020 Tokyo, terkhusus atlet yang tidak tinggal di asrama.
Atlet Pelatnas PBSI tak semuanya bisa tinggal di mess Cipayung. Terkhusus yang sudah menikah, selepas jam latihan biasanya memilih kembali ke rumahnya masing-masing. Sebut saja Mohammad Ahsan, Hendra Setiawan, Marcus Fernaldi Gideon, dan Hafiz Faizal. Bahkan Kevin Sanjaya Sukamuljo pun tak jarang kembali ke rumah karena jarak yang dekat dengan Pelatnas.
Kondisi ini tentu membuat tim dokter tidak bisa mengawasi mereka secara terus menerus, terlebih atlet yang menjalankan ibadah puasa di Ramadan kali ini. Lantas bagaimana strategi pengawasannya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Inilah pentingnya edukasi dan konseling personal. Karena atlet yang pulang ke rumah kan tidak mungkin kami mengawasi 24 jam. Jangankan yang pulang ke rumah, yang di sini pun (asrama PBSI) itu juga sulit kami mengawasi," kata dr. Paulina Toding dalam bincang-bincang dengan pewarta terkait asupan gizi atlet di bulan Ramadan, Rabu (21/4/2021), melalui virtual.
"Jadi yang penting adalah pengetahuan dari atletnya itu sendiri. Itu kenapa kami melakukan pertemuan ke tiap-tiap sektor. Kami memberikan edukasi, bagaimana seorang atlet harus makan, berapa banyak jumlahnya? komposisinya yang benar seperti apa? kemudian pengaturan jenis karbohidratnya. Apakah karbohidrat kompleksnya bagaimana? itu yang penting," dia menjelaskan.
"Jadi ketika kami tidak bisa mengawasi, ketika di luar pandangan kami, mereka bisa tahu dan tetap menjaga asupan makanannya sehari-hari," tambahnya.
Menariknya, dr. Vetinly menambahkan, sejumlah atlet sudah mulai menyadari. Bahkan dalam pertemuan masing-masing sektor ada yang mengakui kerap menyimpan camilan di kamarnya masing-masing.
"Kemarin waktu pertemuan per sektor kami sudah tanya dan mereka cerita ada cokelat, biskuit. Tapi dengan diberikan edukasi dan konseling serta melihat data pemeriksaan, diharapkan mereka sudah lebih tahu," dia mengungkapkan.
"Oke sekarang waktu tidak banyak, terutama yang diproyeksikan event-event ke depan, bahwa camilan itu kelihatan kecil tapi kalorinya besar dan mengandung gula tinggi. Dan tidak saat malam cemilan di kamar, justru itu yang menjadi lemak," kata dr. Vetinly.
Dia juga menyebut ke depan program ini akan dilakukan secara rutin guna mengetahui perubahan gizi si atlet.
"Memang hasil pemeriksaan ini harusnya diulang supaya mereka tahu dengan sudah merubah pola makan, merubah kebiasaan camilan, dengan makan yang kami atur, dan latihan sudah lebih intensif, itu akan dilihat bagaimana persentase lemaknya," ujar dr. Vetinly.
Baca juga: India Open Ditunda, PBSI Lega |
Simak juga 'Move On All England, Greysia Polii dkk Fokus Olimpiade Tokyo':