Liliyana Natsir Semangati Praveen/Melati yang Gagal di Olimpiade 2020

Liliyana Natsir Semangati Praveen/Melati yang Gagal di Olimpiade 2020

Mercy Raya - Sport
Rabu, 28 Jul 2021 17:40 WIB
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti tersingkir di perempatfinal Olimpiade Tokyo 2020. Mereka ditumbangkan pasangan China Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong.
Liliyana Natsir menyemangati PRaveen jodan/Melati Daeva Oktavianti yang gagal di Olimpiade Tokyo 2020. (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta -

Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti tetap disemangati usai kegagalan di Olimpiade Tokyo 2020. Masih terbuka kesempatan untuk keduanya di masa mendatang.

Hal itu disampaikan legenda hidup bulutangkis Indonesia, Liliyana Natsir, menyusul kekalahan Praveen/Melati di perempatfinal Olimpiade Tokyo 2020. Mereka menelan kekalahan dua gim langsung 17-21, 15-21 dari Zheng Siwei/Huang Ya Qiong pada Rabu (28/7/2021).

Liliyana juga memiliki pengalaman yang nyaris sama. Diceritakan Butet, panggilan karibnya, rasa down ketika gagal meraih medali di Olimpiade London 2012, sempat membuatnya drop. Terlebih saat itu ia memasuki usia emas 27 tahun dan peak perfomance yang bisa dibilang tepat. Tapi kenyataannya yang didapatkan justru di luar harapan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat itu saya gagal, dan perebutan perunggu pun saya sudah down banget dan tak bisa main sama sekali. Saya berpikir itu Olimpiade terakhir saya, dan harus puas dengan perak di Olimpiade Beijing 2008. Tapi setelah itu saya melupakan, memotivasi lagi karena saya punya ambisi dengan usaha empat tahun berjalan," kata Liliyana kepada detikSport, Rabu (28/7/2021).

"Intinya kesempatan itu selalu ada, ibaratnya saya lah. Saya sudah down dan berpikir itu Olimpiade terakhir saya tapi kenyataannya saya bisa (main di Olimpiade 2016 dan dapat medali emas), tidak mudah lo," tuturnya.

ADVERTISEMENT

"Di usia saya menginjak 31 tahun (pada Olimpiade Rio 2016), yang ibaratnya di luar akal saya bisa juara. Tapi motivasi dan daya juang lebih dan maksimal kerja keras, buktinya tak ada yang mustahil. Apalagi ini Olimpiade, beberapa kali Olimpiade hasilnya banyak yang di luar dugaan."

"Makanya saya berpikir dan punya keyakinan bahwa Oimpiade itu enggak ada yang mungkin, termasuk Praveen/Melati pun bisa bikin kejutan. Saya masih punya keyakinan itu."

Tapi terlepas dari hasil yang Praveen/Melati dapatkan Liliyana berharap juniornya bisa menjadikan Olimpiade sebagai pembelajaran untuk multievent selanjutnya. Ia juga meminta agar ada evaluasi besar-besaran untuk keduanya. Terutama masalah nonteknisnya.

"Harus sama-sama terbuka soal apa yang mereka rasakan masing-masing. Kalau masalah teknik mereka sudah tahu, tinggal kembali ke atletnya. Jujur lah, apakah persiapan, konsetrasi, dan motivasinya kurang," ujar Liliyana yang juga peraih medali perak di Olimpiade Beijing 2008.

"Dan persiapan bukan hanya teknis saja, tapi makan istirahat, pikiran, mental, perlengkapan, raket sepatu agar bisa tampil maksimal, semua. Itu yang saya bilang harus evaluasi besar-besaran sehingga ke depannya jika ada dikasih kesempatan tiga tahun lagi (Olimpiade Paris 2024), setidaknya mereka bisa berbuat lebih dari Olimpiade sekarang," kata Liliyana menambahkan.




(mcy/cas)

Hide Ads