PR PBSI Usai Indonesia Kandas Lagi di Perempatfinal Piala Uber

PR PBSI Usai Indonesia Kandas Lagi di Perempatfinal Piala Uber

Mercy Raya - Sport
Jumat, 15 Okt 2021 18:27 WIB
Gregoria Mariska, Piala Uber
Gregoria Mariska, salah satu tunggal putri tim Uber Indonesia. Foto: Yves Lacroix/Badminton Photo
Jakarta -

Indonesia kembali gagal lolos ke semifinal di Piala Uber 2020. Kegagalan tunggal putri atasi tekanan jadi tugas berat PBSI yang wajib segera dibenahi.

Tampil di babak 8 besar melawan Thailand, Gregoria Mariska Tunjung dkk tunduk 2-3 dari tim negeri Gajah Putih. Kekalahan tiga poin itu seluruhnya diperoleh dari tunggal putri. Termasuk Gregoria Mariska yang seharusnya menjadi pembuka kemenangan timnya tapi justru tersungkur di tangan Pornpawee Chochuwong.

Dia harus mengakui keunggulan Chochuwong usai kalah 21-14, 10-21, 10-21 dalam pertandingan rubber game. Berikutnya kekalahan dari Putri Kusuma Wardhani versus Busanan Ongbamrungphan dengan skor 9-21, 21-23. Serta Ester Nurumi Tri Wardoyo yang tampil sebagai penentu laga ikut gagal mengatasi permainan Pithayaporn Chaiwan. Dia takluk 23-25, 8-21.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu menjadi kali kelima berturut-turut tim Uber Indonesia kandas di perempatfinal, atau sejak 2012. Sebelum tren negatif itu dimulai, tim Uber Merah Putih mampu jadi runner-up di 2008 dan semifinalis di 2010.

Kabid Binpres PP PBSI Rionny Mainaky menyadari tersingkirnya tim putri di Piala Uber 2020 terjadi akibat kegagalan tunggal putri menampilkan performa terbaik dan menyumbang angka. Padahal dari awal dirinya sangat mengharapkan pemain tunggal pertama Gregoria dapat menyumbang poin yang sangat menentukan bagi perjalanan tim Uber Indonesia.

ADVERTISEMENT

"Sangat disayangkan Gregoria malah kalah. Padahal dia membuka permainan dengan meyakinkan. Dia awalnya bisa mengontrol dan menang," ujar Rionny dalam rilis PBSI.

Karena sebuah kesalahan di gim kedua, permainan Gregoria jadi hilang. Menurut Rionny anak didiknya jadi bermain penuh tekanan. Pola mainnya mengikuti pola lawan dan tidak bisa keluar dari tekanan.

"Ini catatan buat saya. Kenapa dia tidak bisa mengatasi tekanan. Padahal dia diharapkan bisa menyumbang poin. Gregoria itu harapan kita," sebut Rionny.

[Selanjutnya: Tekanan pemain muda]

Untuk Putri Kusuma Wardani dan Ester Nurumi Tri Wardoyo juga hampir mirip. Mereka tidak bisa keluar dari tekanan.

"Pressure Putri KW terlalu berat. Di gim kedua sebenarnya bisa mengatasi keadaan dan memimpin dalam pengumpulan poin. Namun karena kesalahan sendiri dan hilang sampai lima poin, memberi angin kepada lawan untuk bangkit. Meski dia bisa menyusul, finishingnya di gim kedua tidak bagus. Dua kesalahan smash karena terburu-buru, menyangkut net," Rionny menjelaskan.

Sedangkan Ester, dijelaskan eks kepala pelatih Timnas Jepang ini, sebenarnya pada gim pertama bisa main bagus. Bisa membuat setting. Namun karena tak bisa mengatasi tekanan, Ester juga gagal. Sebagai sesama pemain muda melawan wakil Thailand, siapa yang bisa menguasai tekanan lebih baik, dialah yang akan menang.

"Sayang Ester tak bisa keluar dari tekanan. Ini juga karena pengaruh jam terbang pengalaman. Di gim kedua, lawan benar-benar mengontrol permainan dan Ester jadi susah untuk bangkit," kata Rionny.

Dengan kegagalan tersebut, Rionny menyebut akan melakukan evaluasi lebih dalam terhadap permainan pemain tunggal putri. Pasalnya, sebagai pemain muda, perjalanan mereka ke depan masih panjang.

"Kita tidak bisa bilang lagi kalah tidak apa-apa. Harus segera diperbaiki benar-benar. Dicari kenapa kalah dan tidak bisa mengelola tekanan di lapangan. Karena ketiga pemain ini adalah harapan kita di tunggal putri Indonesia," tegas Rionny.


Hide Ads