Para legenda bulutangkis Indonesia sukses meraih tujuh gelar dari Kejuaraan Dunia Senior BWF 2025. Keberhasilan para senior itu pun diharapkan menular ke atlet-atlet muda.
Pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis Senior yang mentas di Eastern National Sports Training Centre, Pattaya, Thailand, 7-14 September 2025 tersebut, para mantan pemain Indonesia yang tergabung dalam Tim Musica sukses meraih 7 medali emas, 1 perak, dan 6 perunggu.
Dari tujuh medali emas tersebut, mantan pahlawan Piala Thomas 1984, Hastomo Arbi, sukses menyumbangkan dua emas. Satu medali emas dipersembahkan Hastomo di nomor tunggal putra U65 dengan mengalahkan Hiroyuki Koike (Jepang) di final dengan skor 21-11, 21-7. Lalu bersama Simbarsono Sutanto di ganda putra U65, Hastomo kembali meraih emas setelah di laga puncak mengalahkan Garry Silvester/Loke Poh Wong (Australia), 13-21, 21-17, 21-16.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mudah-mudahan kemenangan kami sebagai pemain senior ini bisa menjadi inspirasi dan memotivasi para pemain pelatnas untuk mau bekerja keras dan meraih prestasi setinggi mungkin. Pokoknya, jangan sampai kalah semangatnya sama senior-seniornya," tutur Hastomo, dalam keterangan tertulisnya Selasa (17/9/2025).
Hastomo mengatakan, ia dan para pemain senior Indonesia masih mau berjuang karena ingin terus mengharumkan nama bulutangkis Indonesia.
"Kekuatan dan kecepatan kami memang menurun, tetapi semangat kami untuk mengibarkan Merah-Putih itu tetap terjaga. Semoga adik-adik kita juga memiliki semangat yang sama seperti kami," tegas Hastomo.
Dua medali emas juga dipersembahkan Hendra Setiawan. Peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 itu menggondol emas di ganda putra U40 berpasangan dengan Tony Gunawan (AS) setelah menyingkirkan Boonsak Ponsana/Jakrapan Thanathiratham (Thailand), 21-18, 21-16. Lalu, bersama Debby Susanto, Hendra menyabet emas ganda campuran U35 dengan mengalahkan Nawut Thanathiratham/Peeraya Munkitamorn (Thailand), 21-5, 21-9.
"Pesan yang ingin saya sampaikan kepada junior-junior saya. Dengan keberhasilan saya ini, pemain di pelatnas jangan gampang menyerah. Mereka harus tetap semangat. Kami para senior masih bisa berjuang untuk menang. Tidak mau kalahnya itu tetap ada meski kami sudah pensiun dan tidak muda lagi," kata Hendra.
"Harapannya, para pemain pelatnas ini bisa meniru kami. Kemenangan para senior ini diharapkan bisa melecut semangat adik-adik saya agar bangkit dan bisa berprestasi di pentas dunia," harap Hendra, yang dihubungi tengah berada di Shenzhen untuk mendampingi pemain pada turnamen China Masters 2025.
Pahlawan Piala Thomas 1998, 2000 dan 2002, Marleve Mainaky juga menjadi yang terbaik di tunggal putra U50. Dia merebut medali emas setelah di final mengalahkan Gregers Schytt (Denmark), 21-15, 21-15.
"Semangat para senior ini harus dicontoh pemain-pemain kita sekarang. Kami jatuh bangun untuk memperjuangkan Merah-Putih. Kami pantang menyerah dan selalu semangat. Mental tidak mau kalahnya itu tetap tinggi meski sekarang kami tidak sekuat dulu. Faktor inilah yang saya nilai kurang dimiliki pemain-pemain kita sekarang," tutur Marleve.
Sayang di ganda putra U50, Marleve yang berduet dengan Hariyanto Arbi gagal menambah medali emas. Mereka takluk di tangan Adi Ariyadi/Eko Hamiseno (Indonesia), 15-21, 17-21.
Medali emas berikutnya disumbangkan Fernando Kurniawan di ganda putra U35. Bersama Danny Bawa Chrisnanta (Singapura), Fernando merebut emas dengan mengatasi perlawanan Laurent Constantin/Brice Leverdez (Prancis), 21-14, 21-16.
Medali emas ketujuh bagi Indonesia disumbangkan dari nomor ganda campuran U40. Muhammad yang berpasangan dengan Jody Patrick (Kanada) mengalahkan Unang Rahmat/Gayanthi Nadeesha (Indonesia/Sri Lanka), 21-18, 21-11.
"Secara umum kami bangga dengan penampilan para pemain Indonesia di Kejuaraan Dunia Senior ini. Para legenda ini masih bisa menunjukkan kebolehannya dengan menjadi juara. Semangat dan etos mau bekerja keras ini harus dicontoh oleh para pemain-pemain pelatnas saat ini," kata kapten Tim Musica, Effendy Wijaya.
(mcy/nds)