CLS dipastikan tak akan bermain di Indonesian Basketball League (IBL) dua musim ke depan. Mereka bilang bukan karena berseteru dengan operator liga. CLS tak bisa memenuhi syarat operator liga.
Ya, CLS memilih mundur setelah konsorsium IBL mewajibkan kontestan menjadi sebuah Perseroan Terbatas (PT). CLS tak mungkin mengubah badan usaha dari yayasan menjadi PT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanpa bisa mengubah yayasan menjadi PT, CLS pun menyadari masa depan tim. Mereka terancam tak memiliki kompetisi.
Tanpa kejelasan pertandingan, CLS hampir saja memutus kontrak para pemainnya. Manajemen klub yang bermarkas di GOR CLS, Kertajaya, Surabaya, bahkan hampir mengambil keputusan untuk menjadikan Sandy Febiansyakh dkk. sebagai pemain bebas.
"Saya tak berpikir CLS mau main di mana. Waktu itu, saya pusing dengan bagaimana nasib para pemain. Ini soal tanggung jawab klub kepada orang tua pemain," tutur dia.
Sempat berada dalam kegamangan, CLS mendapatkan angin segar. Mereka mendapatkan tawaran untuk bermain di tiga liga lain, yakni Filipina, Thailand, dan ABL.
Dari tiga liga tersebut, tawaran subsidi liga Thailand (TBSL) paling menarik. CLS ditawari subsidi Rp 400 juta untuk menjadi partisipan. Namun, jika tampil di TBSL atau PBL, CLS harus ber-home base di dua negara tersebut.
Dengan pertimbangan markas itulah, manajemen CLS memutuskan untuk tampil di ABL, kompetisi yang pernah ditolak CLS pada 2009. CLS sepakat untuk tampil di ABL dua musim ke depan.
![]() |
"Ini kesempatan untuk mengangkat nama Indonesia. Kami juga bisa tetap bermain di kandang dan di hadapan fans Surabaya. Adapun dua liga lain harus tinggal di sana," tutur dia.
ABL 2017/2018 bakal bergulir 18 November dan berakhir April 2018. Saat ini, CLS sedang menyeleksi pemain untuk mengisi skuat tim.
Renovasi GOR CLS di Kertajaya
Setelah mantap untuk berkompetisi di ABL, CLS segera berbenah. Mereka berupaya memenuhi standar ABL, termasuk merenovasi GOR CLS yang berada di Kertajaya.
"Kami mengecat ulang GOR dan menambah dengan locker room. Locker room untuk tim CLS kami lengkapi dengan ice bath dan fasilitas lain yang lebih oke," kata Christopher.
![]() |
Tak hanya harus menyiapkan GOR sesuai standar ABL, CLS juga dituntut mampu menjadi tuan rumah yang sesungguhnya. Tak seperti IBL, ABL mengharuskan tim yang menjadi tuan rumah untuk menggelar pertandingan sendiri. Mulai dari penjualan tiket, menjamu tim lawan, sampai detail pelaksanaan pertandingan.
"Untuk kapasitas penonton tidak masalah. Kami tidak akan menjual tiket dengan harga terlalu mahal. Berkaca dari laga-laga di IBL, game yang tiketnya sold out adalah Surabaya," ujar dia.
Tak Perpanjang Kontrak Wahyu 'Cacing' dan Promosikan Asisten Pelatih
Menghadapi ABL musim ini, CLS membuat keputusan cukup mengejutkan. Mereka mencopot pelatih Wahyu Widayat Jati, pelatih yang membawa CLS juara 2016. Kontrak Wahyu memang berdurasi dua tahun dengan opsi perpanjangan.
CLS tak mencari pelatih baru, tapi mempromosikan Koko Heru Setyo Nugroho menjadi penggantinya.
"Saya menilai fokus Wahyu sudah menurun dan hubungan dengan pemain kurang bagus," tutur Christopher.
![]() |
Sebelumnya, dia terus-menerus berpredikat sebagai asisten pelatih. Sejak 2004, dia mendampingi Raul Miguel Hadinoto sebagai asisten pelatih Indonesia Muda. Kemudian melanjutkan kerja sama dengan Edi Suganda dan Rastafari Horongbala, kemudian Amran, Nath Canson, dan berakhir bersama Wahyu.
"Koko memiliki bekal yang cukup setelah bekerja sama dengan banyak pelatih berkualitas. Dia juga menunjukkan leadership dan ketegasan yang dibutuhkan pemain saat ini," dia menjelaskan.
(fem/din)