Liku-Liku NPC Indonesia Mengembangkan Boccia Sambut APG 2018

Liku-Liku NPC Indonesia Mengembangkan Boccia Sambut APG 2018

Femi Diah - Sport
Jumat, 08 Des 2017 20:53 WIB
Foto: dok. NPC
Jakarta - Indonesia masih asing dengan boccia, olahraga yang awalnya untuk penderita cerebral palsy, yang akan dilombakan di Asian Para Games (APG) 2018. Untuk mendapatkan bolanya juga tak gampang.

Boccia bakal menjadi salah satu cabang olahraga di APG 2018 mulai 8-18 Oktober. Tapi, Indonesia tak memiliki pengalaman tampil dalam olahraga boccia. Di antara negara-negara Asia Tenggara, Thailand-lah jagoannya.

Negara Asia lainnya juga telah mengembangkan boccia. Sebagai gambaran, pada Asian Games 2014 Incheon, boccia diikuti oleh 43 negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti goalball, boccia hanya dilombakan di ajang Paralympic Games dan multievent lainnya sebagai ajang olahraga kompetitif. Boccia tidak ada di Olimpiade dan multievent turunannya.

Seperti dikutip dari paralympic, Boccia merupakan permainan strategi dan akurasi yang awalnya didesain untuk penderita cerebral palsy. Namun, dalam perkembangannya cabang olahraga ini juga diikuti atlet difabel yang mengalami gangguan kemampuan motorik ringan sampai berat.

National Paralympic Committee (NPC) Indonesia mengakui tak mengembangkan cabang olahraga itu di Indonesia hingga usai SEA Games 2015 Singapura. Karena di APG 2018 dilombakan, NPC pun akan membentuk timnas.

"Kami memang belum memiliki atlet sampai saat ini," kata Fadilah Umar, pelatih bocci dari NPC, di markas detikcom, Jumat (8/12/2017).

Bahkan, boccia belum memiliki federasi. Namun, NPC telah memiliki perangkat pertandingan; wasit dan linesman.

Boccia juga sudah diuji coba untuk dihelat di Indonesia. Yakni, pada Pekan Olahraga Pelajar Paralympic Nasional (Peparpenas) 2017 di Solo pada 7-14 November. Ajang itu diikuti 15 provinsi yang kemudian meloloskan tujuh provinsi lewat kualifikasi.

Fadillah Umar, pelatih boccia NPCFadillah Umar, pelatih boccia NPC (Dikhy Sastra/detikSport)

Boccia dikembangkan di Indonesia oleh Fadilah, yang juga dosen POK FKIP UNS dan pelatih tim sepakbola cerebral palsy di ASEAN Para Games 2017 Kuala Lumpur.

Nah, saat di Kuala Lumpur itu pula, Fadilah mendapatkan tugas baru. Dia diminta untuk mengembangkan paracyling dan boccia.

Untuk memenuhi tugas tersebut, Fadilah mencari tahu tentang boccia lewat federasi boccia Singapura. Selain bekal ilmu soal boccia, Fadilah mendapatkan buah tangan berupa bola boccia.

Pelatihan Boccia di Dubai Bonus Bola

Ketertarikan untuk mendampingi atlet cerebral palsy itu membuka kesempatan Fadilah mengikuti pelatihan pelatih di Dubai pada Mei 2016. Fadilah bersama Ferry Kustono (kalimantan Selatan) mewakili Indonesia. Dalam agenda itu pula dia berkesempatan menjadi wasit.

"Penderita cerebral palsy yang memiliki keterbatasan motorik bisa mewakili Indonesia lewat boccia. Harapan saya, jika dulu penderita cerebral palsy dianggap beban, kini dan nanti mereka bisa membantu keluarga lewat olahraga," tutur Fadilah.

Selama di Dubai, Fadilah tak hanya mendapatkan ketrampilan dan pengalaman. Pihak penyelenggara pelatihan di Uni Emirat Arab memberikan kenang-kenangan yang cukup spesial untuk para peserta.

Masing-masing peserta mendapatkan oleh-oleh berupa bola boccia. Bola itu tidak mudah didapatkan, bahkan dengan impor sekalipun.

"Saat saya dan Pak Ferry mendapatakn bola rasanya bahagia sekali. Saya upayakan bagaimanapun caranya, saya bisa membawa pulang seluruh bola itu," kata Fadilah.

Merekapun mengakali dengan mengisi bagasi sesuai batas maksimal. Sisa barang bawaan diangkut dengan backpack dan dibawa ke kabin.

Natalia Sutrisno Tjahja, founder Sahabat Boccis Natalia Sutrisno Tjahja, founder Sahabat Boccis Foto: Dikhy Sastra/detikSport

Kesulitan mendapatkan bola juga dialami oleh Sahabat Boccia, yang dirancang oleh Natalia Sutrisno Tjahja. Founder Yayasan Maria Monique Lastwish itu ingin mewujudkan keinginan NPC agar ada tambahan bola boccia. Cuma satu set bola boccia.

Awalnya, Natalia tak habis pikir dengan permintaan NPC. Dia mengira bola boccia bisa didapatkan lewat toko-toko olahraga atau impor dari negara lain dengan mudah.

"Tapi ternyata sulit. Bola itu tidak diperjualbelikan di Indonesia maupun di beberapa negara. Bahkan, saat teman saya menjumpainya di sebuah toko di Denmark, bola tidak bisa bebas dibeli," ujar Natalia.

Dia pun berkomunikasi dengan Malaysia. Dalam prosesnya, Natalia mendapatkan satu set bola boccia.


(fem/din)

Hide Ads