Boleh dibilang tahun 2016 menjadi periode yang berat bagi Federer. Waktu itu, usianya 34 tahun, bukan usia yang muda lagi bagi seorang atlet. Di masa itu, dia justru dibekap cedera lutut yang cukup parah.
Cedera tersebut memaksa Federer untuk absen dari turnamen mayor. Di antaranya, Olimpiade Rio de Janeiro, Prancis Terbuka, dan Amerika Serikat Terbuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam sebuah makan malam, hanya kami berdua. Saya tak ingat apakah saya menanyakan kepada dia, sebaiknya saya berhenti atau apakah saya masih bisa jadi juara. Kira-kira seperti itulah," Federer mencoba mengingat momen itu seperti dikutip majalah Tages Anzeiger dan dilansir Give Me Sport.
"Dia bilang,"Kalau kamu masih mau melakukannya dan merasa baik-baik saja, saya tak melihat kamu sulit menang dan tak bisa mengalahkan siapapun," petenis 36 tahun itu menirukan istrinya.
"Saya masih memiliki perasaan itu. Sungguh, itu bukan percakapan yang panjang," dia menambahkan.
Dengan usianya itu, Federer hanya perlu mengatur jadwal turnamen sebaik mungkin. Dia harus tahu benar kondisi tubuhnya siap atau tidak untuk tampil dalam sebuah turnamen.
"Kadangkala saya merasa sangat lelah. Itulah kenapa jadwal sangat penting. Agar saya bisa mengatur istirahat yang cukup. Kalau saya masih harus terpaku kepada turnamen maka saya tak bisa beristirahat penuh," ujar Federer yang mengoleksi 20 gelar juara grand slam itu.
Federer sudah memastikan untuk absen pada turnamen-turnamen tanah liat, termasuk Prancis Terbuka. Dia akan kembali pada Gerry Weber Open mulai 18 Juni di Halle sebagai pemanasan ke Wimbledon 2018.
(fem/krs)