Kegagalan Indonesia di Piala Thomas-Uber Tak Melulu Masalah Mental

Kegagalan Indonesia di Piala Thomas-Uber Tak Melulu Masalah Mental

Okdwitya Karina Sari - Sport
Sabtu, 26 Mei 2018 10:23 WIB
Fajar Alfian/Muhammad Rian baru tampil di Thomas-Uber 2018 (Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO)
Bangkok - Susy Susanti menilai mentalitas bukan faktor utama kegagalan Indonesia di Piala Thomas dan Uber 2018. Performa dan konsistensi lebih penting.

Puasa gelar juara Piala Thomas dan Uber Indonesia berlanjut. Di beregu putra, Indonesia terhenti di semifinal setelah dikalahkan China 3-1, Jumat (25/5/2018). Satu-satunya kemenangan itu disumbangkan ganda terbaik dunia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.


Sedangkan di beregu putri, Indonesia tersingkir lebih awal. Greysia Polii cs hanya sampai perempatfinal usai menyerah di tangan Thailand 2-3, Kamis (24/5).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil itu menandai perempatfinal Indonesia di Piala Uber untuk keempat kalinya berturut-turut atau sejak 2012. Sementara pencapaian Indonesia di Piala Thomas menurun dari 2016, yang ketika itu bisa mencapai final.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia menurunkan banyak pemain muda baik putra maupun putri. Bahkan di antaranya debutan seperti Ruselli Hartawan dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.


"(Masalah) tidak selalu mental. Kematangan, jam terbang, lalu pengalaman itu kadang perlu. Biasanya pemain muda belum matang dan itu tidak gampang, butuh proses," ungkap manajer tim Piala Thomas dan Uber Indonesia itu.

"Kita harus akui secara ranking, karena kita harus akui tunggal kita semua rankingnya di bawah China. Di ganda Marcus/Kevin memang di atas, sedangkan Hendra/Ahsan baru dipasangkan kembali," sambungnya.

"Uber pun sama. Dari awal peluang lebih kecil daripada Thomas. Tapi dengan perlawanan yang sudah diperlihatkan, pada saat melawan China (kalah) 2-3, juga kita tidak mudah. Saat kita lawan Thailand (kalah) 2-3 sebetulnya ada kesempatan. Jadi sebetulnya sekarang ini lebih merata. Tapi bagaimana kita harus meningkatkan lagi."

"Di (sektor) ganda, bagaimana bisa lebih konsisten lagi. sedangkan di nomor tunggal bagaimana meningkatkan performance, konsistensi, lalu permainan tempo dan strategi, lebih matang lagi. Kalau dibilang ada peningkatan iya, tapi masih belum konsisten. Belum bisa masuk ke dalam elit dunia," tutupnya.




(rin/mrp)

Hide Ads