Dibiasakan berjalan kaki ke mena saja sejak usia 5 tahun, Maria memiliki kaki berotot saat masih bersekolah dasar. Rutinitas itu membuat seorang pelatih atletik di Bali kepencut untuk mendidiknya menjadi anak asuh. Pelatih itu, Ketut Pageh.
Sejumlah pilihan nomor atletik disodorkan kepada Maria. Tanpa ragu dia menyebut ingin menekuni lompat jauh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya langsung pilih lompat jauh, sebab saya enggak suka lari ha ha ha," kata Maria dalam wawancara One on One dengan detikSport.
"Lompat jauh itu unik. Memang sih kalau melihat lari, delapan pelari bertarung di atas lintasan untuk mencapai yang terdepan dii titik finis. Kalau lompat jauh itu seperti show time. Saya melompat sendirian dan ditonton orang sestadion. Itu luar biasa," ujar dia.
"Menurut saya, itu lebih menarik (ketimbang nomor lain di atletik). Selain itu, banyak orang yang belum tahu. Jadi, saya termotivasi untuk mengenalkan olahraga ini kepada orang-oranng," Maria menjelaskan.
Setelah berlatih lompat jauh tiga tahun, Maria mulai mengenal lompat jangkit. Kendati bisa menjalani dua nomor itu, Maria tetap mengutamakan lompat jauh.
Dari nomor lompat jauh itu pula, Maria menjadi yang terbaik di Asia. Dia berhasil meraih medali emas Asian Games 2014 di Incheon. Kini, Maria menjadi andalan Indonesia untuk tampil di Asian Games 2018.
Tonton juga videonya di sini