PBSI Akan Edukasi Pemain Agar Tak Sebut Wasit Rasis dan Tak Kompeten Lagi

PBSI Akan Edukasi Pemain Agar Tak Sebut Wasit Rasis dan Tak Kompeten Lagi

Mercy Raya - Sport
Selasa, 10 Jul 2018 15:25 WIB
Foto: Agung Pambudhy/detikSport
Jakarta - Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon sukses meraih gelar juara Indonesia Open 2018. Tapi, menyisakan pekerjaan rumah untuk PBSI.

Adalah insiden di babak perempatfinal yang menjadi sorotan dunia dalam laga yang dijalani Kevin/Marcus. ganda putra nomor satu dunia itu menghadapi Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding dari Denmark.

Kemenangan Kevin/Marcus pada laga di Istora, Senayan, Jumat (6/7/2018) itu diwarnai kartu kuning. Bahkan, si pemain mengatakan diancam kartu hitam di ruang ganti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam konferensi pers, ganda putra Indonesia itu menyebut wasit rasis dan tak kompeten.



Insiden di tengah lapangan dan di luar arena itu menjadi bahan diskusi PBSI dan BWF. Tapi, dalam prosesnya, mereka bersepakat untuk tidak membesar-besarkannya.

Sekretaris Jenderal PP PBSI, Achmad Budiharto, tetap akan mengambil tindakan. PBSI tak akan membiarkan kejadian serupa terulang oleh pemain Indonesia. Caranya, melalui pelatih.

"Seperti yang saya katakan di jumpa pers bahwa (dari) kejadian itu kami akan memberikan arahan melalui pelatihnya untuk pemain-pemain kami, bukan hanya Kevin saja (tapi yang lain juga)," kata Budiharto kepada detikSport, Selasa (10/7/2018).

"Terutama, memahami hal-hal yang berkaitan dengan pertandingan. Jadi hak wasit, referee, termasuk apa yang bisa mereka lakukan, kemudian apa yang bisa membuat mereka terkena kartu kuning, merah, dan hitam. Tapi, yang harus memberitahu itu adalah pelatih karena mereka yang paling dekat dengan pemainnya," Budi menjelaskan.

BWF Tugaskan Wasit Eropa Lebih Banyak di Indonesia Open 2018

Satu kasus khusus juga muncul saat Kevin menyebut wasit rasis dalam konferensi pers. Marcus juga mengkritik pemilihan wasit yang tak merata dan menyebut BWF tidak kompeten. Budi menyayangkan komentar itu.



"Kami tidak bisa mengatur apa yang menjadi wewenang mereka (BWF). Karena, saat mereka memasukkan petugas, banyak faktor yang dipertimbangkan. Tapi, kami percaya BWF sangat fair soal itu. Jadi, sangat salah jika kita mencurigai mereka. Itu sangat keliru," ujar Budiharto yang juga ketua panitia penyelenggara Indonesia Open 2018.

Jika pada akhirnya di Indonesia Open tahun ini hanya didominasi wasit asing karena ajang ini menjadi tempat ujian untuk referee dan wasit bulutangkis.

"Kebetulan dari Indonesia hanya satu yang ikut. Bahkan dari Asia juga sedikit. Jadi konteksnya sangat keliru dan selama ini tidak ada masalah. Cuma dihubung-hubungkan itu adalah pemahaman yang sangat keliru ya," dia menjelaskan.

"Jadi cara menyikapi kasus ini harus lebih bijak. Seperti, tadi dihubungkan dengan masalah rasis dan segala macam. Kami sendiri PBSI tak pernah terpikir seperti itu. Indonesia Open ini adalah kejuaraan level tinggi sehingga wasit yang dipilih memiliki berkualitas baik. Tapi, kebetulan ini dipakai untuk ujian ya seperti itu. Dan, ujian itu tidak hanya wasit tapi juga referee," Budi menegaskan.

(fem/fem)

Hide Ads