Pria bernama lengkap Michael Bambang Hartono yang kini berusia 78 tahun itu menggeluti bridge sejak lama. Dia mengenal saat masih berusia 6 tahun.
Saat itu, masih direntang waktu 1944 sampai 1945, dia melihat paman-pamannya bermain bridge. Dia tertarik lantaran bridge memiliki jutaan variasi kartu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bambang kian serius mempelajari olahraga itu. Dia pun memiliki pelatih khusus.
"Waktu pertama saya dilatih saat menjadi atlet oleh paman, kemudian kami memanggil Santje Panelewen untuk menjadi pelatih kami di Bridge School di Semarang, kemudian sampai saat ini kami dilatih Christof Martin yang menjadi pelatih nasional kami sekarang," dia mengungkapkan.
Sejak itu, ia mulai ikut kejuaraan-kejuaraan baik dalam maupun luar negeri. Bahkan, hobinya itu telah mengantarkannya terdaftar sebagai atlet nasional di cabang olahraga bridge dengan mengoleksi banyak gelar juara baik di skala regional, nasional, bahkan internasional.
Di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 Riau misalnya, Bambang bersama timnya berhasil meraih medali perunggu unyuk bridge beregu putra. Kemudian, di kancah internasional, Bambang dan regunya mendulang medali perak di kejuaraan World Bridge Championships untuk Piala Senior Bowl.
Bukan perkara mudah juga baginya untuk menjadi atlet. Jatuh bangun pernah ia rasakan. Bahkan kekalahan demi kekalahan pernah dia lewati.
"Gagal sering gagal, cuma jangan lupa motto saya never give up. Jadi jangan menyerah, saya fighter," ujar dia.
"Soal faktor luck di semua cabor tentu ada tapi seberapa bisa kita meminimize itu, dikurangi, kalau hoki ya hoki engga bisa ditolak, itu ada di tiap olahraga," dia menjelaskan.
Bambang yang juga pemilik perusahaan rokok Djarum itu membeberkan resep agar bisa konsisten menjalani olahraga itu.
"Kalau tidak bisa disiplin jangan harap jadi juara. Nomor satu kunci disiplin. Saya dulu kalau mau berhasil, seminggu saya baca buku bisq lima buku, satu hari diluar jam kerja minimal 200 halaman. 3 jam saya baca untuk sukses itu apa aja hobby anda baca. Bisa buku ekonomi, bridge, bulutangkis, atau apa," ujar Bambang.
Namun, walau sudah berusia tak ada keinginan Bambang untuk berhenti menjadi atlet. Bahkan untuk sekadar naik pangkat menjadi pelatih.
"Menjadi atlet? Selama mungkin. Kalau pelatih itu lain lagi dan ilmunya beda. Pelatih adalah seorang guru, pemain lain lagi,"ujar Ketua Pembina PB Gabsi periode 2014-2018 ini.
(mcy/fem)