Tim basket putra Indonesia menghadapi Korsel di Hall Basket, Gelora Bung Karno, Senayan, Selasa (14/8), dalam laga perdana Grup A cabang basket Asian Games 2018. Indonesia kesulitan sejak awal.
Indonesia kesulitan menghadapi permainan cepat peraih medali emas basket di Asian Games 2014 Incheon itu. Ditambah lagi Korsel juga sangat efektif menemukan ruang membuat poin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Korsel tak hanya unggul kolektivitas, tapi keberadaan Center naturalisasi Ricardo Ratliffe membuat permainan menjadi timpang.
Ratliffe menjadi sosok dengan poin tertinggi pada laga ini dengan raihan 30 poin ditambah 19 rebounds dan 6 assists.
Ditambah lima pemain lain mampu membuat double digit poin yakni Lee Junghyun, Kim Sunhyung, Heo Ung, dan Heo Ilyoung, dan Jeon Junbeom.
Berbeda jauh dengan Indonesia yang mana hanya Andakara Prastawa dan Jamarr Johnson yang mampu menembus double digit poin. Prastawa mencatat 20 poin, sedangkan Johnson dengan 14 poin.
Dari segi statistik, hal yang paling mencolok adalah rebounds. Indonesia hanya mampu membuat 26 rebounds sedangkan Korsel dengan 41. Indonesia juga membuat 21 turnovers, bukti sangat sering kehilangan bola.
Laga dimulai, Korsel langsung memperlihatkan permainan agresif. Pergerakan mereka sangat cepat dan kerap kali membuat Indonesia kesulitan dalam bertahan.
Akurasi tembakan tiga angka Korsel sangat apik dan mereka bergerak cepat untuk meninggalkan Indonesia dengan defisit 10 poin. Indonesia benar-benar bermasalah dalam defensive rebounds. Ratliffe selalu mampu mengalahkan Big Man Indonesia saat rebounds.
Starting five Indonesia kurang menggigit. Mereka baru mulai terlihat nyaman ketika Valentino Wuwungan dan Andakara Prastawa masuk lapangan. Tembakan-tembakan tiga angka kedua pemain cukup membantu Indonesia.
Sayangnya, pemain-pemain Indonesia lain tak terlalu efektif terutama dalam memanfaatkan peluang di Paint Area. Hanya Jamarr Andre Johnson yang terlihat berjibaku di dalam maupun luar area pertahanan Korsel. Indonesia tertinggal jauh usai kuarter kedua yakni 21-53.
Tak ada perbedaan mencolok di kuarter tiga dan empat. Indonesia masih kelabakan menghadapi permainan cepat dan progresif Korsel. Juara bertahan itu selalu mampu menemukan spot kosong untuk melakukan tembakan jarak jauh yang akurat. Dominasi Ratliffe juga sulit dihentikan.
Kuarter tiga tersisa dua menit, Indonesia sudah tertinggal 30 poin. Semakin sulit untuk mengejar ketertinggalan. Field Goals Indonesia sangat buruk, sedangkan efektivitas Korsel berjalan lancar.
Pada kuarter empat, pemain Korsel mulai menurunkan para pelapis. Indonesia pun sudah bermain tanpa beban dan beberapa kali membuat poin. Tapi, perbedaan poin yang terlalu jauh memaksa Indonesia takluk 65-104. (yna/mrp)