Memey Meliyanti, 46 tahun, salah satunya. Memey, yang datang ke kawasan GBK bersama anak dan keponakan, khusus untuk berburu suvenir resmi Asian Games. Nonton pertandingan nanti-nanti saja.
"Aduh saya tak kuat (toko resmi) tadi antreannya panjang sekali. Apalagi, saya bawa anak kecil makanya tadi jalan-jalan dan kebetulan ada ini," kata Memey.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari pantauan detikSport, penjual suvenir menjajakan dagangannya dengan berkeliling di kawasan GBK dekat venue-venue pertandingan layaknya pedagang asongan.
Dengan tali tas yang dikalungkan di leher penjual, bisa ditemui beragam jenis suvenir. Di antaranya, perangkat alat tulis, gantungan kartu, tutebag, kipas, tempat pensil, kotak makan berikut tempat minum, hingga medali.
Namun, jika kelelahan mereka boleh berhenti sejenak dan menjajakan barangnya di atas tanah. Terbukti, hal tersebut cukup membantu tak hanya bagi penjual tapi juga pembeli dalam memilih barang yang ingin dia beli.
"Sebenarnya karena ini lagi istirahat saja mbak. Aslinya jualannya dibawa-bawa," kata Erwin, salah satu penjual yang mengemperkan barangnya di tanah ala pedagang kaki lima.
Erwin menjelaskan barang yang kerap dibeli penonton adalah alat tulis dan kipas, serta tempat pinsil. Selain harganya relatif murah juga sesuai kebutuhan penonton yang membawa anak-anaknya.
"Paling murah itu pinsil 10 ribu dan paling mahal medali Asian Games. Harga satu medali Rp 325 ribu. Sementara kotak makan Rp 49.900, sedangkan gantungan kartu Rp 99.900," kata Erwin.
(mcy/fem)