Laura Dinda terpeleset di kamar mandi pada 2015. Waktu itu, dia sedang berada di Semarang untuk mengikuti Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA).
Salah diagnosis dan terlambat ditangani, cedera tulang belakang Laura kian parah. Kakinya lumpuh. Kondisi itu membuatnya frustrasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ternyata enggak bisa. Namanya masih remaja, saya marah-marah. Bahkan, ketika ada satu pelatih yang menawari untuk berlatih bersama perenang disabilitas, saya marah-marah," kata Laura dalam One on One detikSport.
Selain tak terima dengan kondisinya, Laura juga menyangka renang disabilitas hanya renang senang-senang.
Beruntung bagi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada itu, pelatih tersebut tak menyerah. Dia terus memberikan pengertian soal renang disabilitas. Ibundanya juga terus mendukung.
"Ternyata ini renang yang sama, ada aturan, ada adu kecepatan. Ini renang serius," kata Laura.
"Sejak itu, saya termotvasi untuk kembali ke kolam renang. Ternyata, saya masih bisa renang dan ikut renang," dia mengungkapkan.
Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2016 Jawa Barat menjadi ajang pertama Laura. Kemudian dia bergabung dengan pelatnas renang ke ASEAN Para Games 2017. Kini, gadis 19 tahun itu bergabung dengan timnas renang ke Asian Para Games 2018 yang dimulai 6-13 Oktober.
Baca juga: Karena Habitat Laura Dinda di Kolam Renang |
(fem/fem)