Laura Aurelia Dinda Sekar Devanti selalu lapar untuk mendapatkan medali dari tiap kejuaraan. Berlatih renang karena asma, kemudian dia merasakan nikmatnya dikalungi medali.
"Proses untuk bisa mendapatkan medali itu berat, berat banget. Dari per level, dari kecamatan dulu, kota, baru ke provinsi. prosesnya enggak cepat," kata Laura dalam One on One detikSport.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah tercapai, dapat medali di tingkat provoinsi itu, saya jadi makin semangat. Saat itulah, di kelas 6 SD itu, aku sudah berpikir, oh ini jalanku, aku mantap jadi atlet," tutur Laura.
Kegembiraan mendapatkan medali itu yang ingin terus dirasakan oleh Laura. Bahkan, ketika dia sedang terbaring di atas tempat tidur selama tujuh bulan. Dia rindu kolam renang.
Laura sempat pesimistis untuk kembali berenang lagi saat mengalami patah tulang ekor. Cedera itu membuat pergerakan kakinya terbatas. Tapi, akhirnya dia comeback dan bergabung bersama Timnas paraswimming.
Dari mendapatkan medali di level daerah saat masih berenang dengan kedua kaki yang normal, kini, bersama komunitas barunya, dengan kakinya yang tak bisa lagi diajak berlari, berjalanpun harus berpegangan, hingga harus menggunakan kursi roda untuk menyokongnya, Laura berkilau di ajang internasional. Dia meraih dua emas Kejuaraan Dunia Paraswimming di Jerman tahun ini, dari 50 meter gaya bebas dan kupu-kupu. Juga meraih dua emas ASEAN Para Games 2017. Laura bakal menjadi andalan Indonesia di Asian Para Games 2018 di Jakarta.
"Dapat medali itu, kayak ada kepuasan sendiri ada medali, kerja keras terbayar. Saya pengen mengalami terus dan terus. Saya memutuskan untuk bergelut di dunia renang," dia mengungkapkan.
"Juara itu seperti candu," Laura menegaskan.
(fem/fem)