Venue Asian Para Games Sudah Oke, tapi Ada Catatan untuk Sarana Penunjang

Venue Asian Para Games Sudah Oke, tapi Ada Catatan untuk Sarana Penunjang

Mercy Raya - Sport
Jumat, 28 Sep 2018 19:03 WIB
Foto: Mercy Raya/detikSport
Jakarta - Panitia Penyelenggara Asian Para Games (INAPGOC) melakukan tinjauan ke venue para bulutangkis dan para panahan bersama-sama Kementerian Sosial. Tinjauan untuk memastikan venue ramah penyandang disabilitas. Hasilnya, ada beberapa catatan terkait sarana pendukung.

INAPGOC bersama Kemensos juga mengajak beberapa penyandang disabilitas untuk memastikan fasilitas dan aksesbilitas dari pintu gerbang menuju venue pertandingan, tribun penonton, juga di toilet, sudah mudah diakses.

Namun dari hasil tinjauan yang berlangsung kurang lebih tiga jam itu masih banyak catatan minor yang terdapat pada beberapa venue.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

DetikSport yang mendapat kesempatan untuk ikut dalam tinjauan tersebut memang menemukan ada beberapa hal yang belum terakomodasi. Seperti tinggi lantai dari conblok menuju area pintu masuk Istora yang berbeda sehingga sedikit menyulitkan pengguna kursi roda. Selain itu, belum ada informasi petunjuk jalan yang jelas.



Hal itu diamini oleh inisiator Jakarta Barrier Free Tourism, Cucu Saidah, yang ikut dalam tinjauan tersebut. Dia baru pertama kali datang ke Istora dan langsung menjajal aksesbilitas dari mulai turun dari mobil sampai ke area pertandingan. Dia memberi beberapa masukan.

"Kalau siap, mungkin siap secara venue untuk bertanding. Tinggal akses dan fasilitas pendukungnya, serta memastikan panggung penonton untuk kursi roda. Kami sering kali mendapatkan panggung yang asal ada. Maksimal sekali itu kemiringan 8 derajat. Untuk toilet juga harus ada untuk disabilitas, di ruang ganti juga," kata Cucu saat ditemui di Istora, Jumat (28/9/2018).

Cucu juga menyoroti soal pentingnya pusat informasi di area dasar. Pusat informasi pun tidak hanya berbentuk tulisan tapi ada warna yang kontras juga gambar-gamar yang sederhana.

"Jadi yang namanya pusat informasi atau help desk, itu berada di lokasi yang strategis yang orang keluar-masuk itu bisa langsung lihat. Pusat informasi itu harus dilengkapi dengan informasi yang mudah dipahami. Tidak hanya dalam tulisan tapi juga warna dan gambar. Kita juga harus berpikir tentang keberagaman warna dan gambar untuk kaum disabilitas intelektual. Asian Para Games ini kan hajatan disabilitas dan momen besar perubahan fasilitas di Indonesia ini," kata menambahkan.

"Dan tidak hanya soal toilet serta kemiringan jalan/panggung, tapi juga berikan kemudahan untuk kaum tuna netra untuk membayangkan apa yang terjadi di pertandingan atau upacara pembukaan/penutupan."



"Sebaiknya disediakan alat untuk kaum tuna netra mendengarkan apa yang terjadi. Sehingga, semua bisa menikmati. Saya lihat Asian Para Games jadi momentum untuk Indonesia memberikan kemudahan sehingga semua bisa menikmati," dia mengimbau.

Hal yang sama diungkapkan oleh Eva Rahmi Kasim, Analis Kebijakan Kementerian Sosial. Dia malah menyoroti toilet yang ada di venue stadion panahan yang belum ramah. Terutama soal lebar pintu, jenis pi tu, dan tinggi lantainya.

"Pintunya kurang lebar untuk kursi roda, juga fasilitas yang ada di dalamnya seperti kaca ketinggian, westafel juga, juga pintu yang digunakan terlalu berat. Harusnya modelnya pintu geser," kata Eva.

"Ya karena waktunya sudah tidak cukup memang harus dibutuhkan volunter yang benar-benar paham atau mendampingi. Karena kalau salah bisa saja orangnya terjatuh atau kena pintu. Itu pintunya berat loh. Jadi perlu kesigapan dari volunter juga," ujarnya kemudian. (mcy/din)

Hide Ads