Dalam perlombaan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Selasa (9/10), Saktiyono berhasil meraih perak. Dia mencatatkan waktu 22,36 detik.
Saktiyono dikalahkan pelari China, Hao Wang, 21,71 detik. Sementara, perunggu direbut sprinter Iran, Ahmad Ojaghlou, dengan catatan waktu 22,53 detik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atlet kelahiran 13 Agustus 1995 itu terkejut. Dia tak menyangka bisa meraihnya.
"Ya sebelumnya tak ada target. Saya hanya berusaha yang terbaik. Apalagi, semua berharap mendapat medali emas siapa yang tidak mau ya. Tapi, ada semangat tersendiri, orang tua, dan penonton semua mendukung semua ke sini. Alhamdullilah saya bisa melampui kemampuan saya," kata Bagus usai lomba.
"Dukungan masyarakat juga luar biasa. Padahal saat capai finis itu tenaga saya hampir menurun. Tapi saat ada teriakan Indonesia, di sana lah kemampuan saya terpacu dan melebihi kemampuan saya," dia menjelaskan jalannya pertandingan.
"Saya ditinggal orang tua kelas 2 SD. Di sana lah saya merasakan hidup susah dan termotivasi. Jadi keluarga yang membuat saya seperti ini. Saya dulu adalah orang yang tidak mampu, dari sana itu memotivasi saya untuk lebih sukses. Saya tahu bagaimana rasanya menjadi orang tidak mampu. Maka dari itu saya akan memberikan hasil terbaik," katanya.
Saksikan juga video 'Abdul Halim Dalimunthe, Pelari Tunanetra Sumbang Medali Perunggu':
(mcy/fem)