Meski Polio, Sri Lestari Wujudkan Hasrat Traveling dari Jalur Atlet

Meski Polio, Sri Lestari Wujudkan Hasrat Traveling dari Jalur Atlet

Mercy Raya - Sport
Kamis, 25 Okt 2018 19:47 WIB
Foto: Agung Pambudhy/detikSport
Jakarta - Sri Lestari merajuk untuk mengikuti jejak suaminya, Muhammad Rai, menjadi atlet. Perempuan asal Boyolali, Jawa Tengah itu tak ingin terjebak oleh polio.

Lestari panas tinggi saat berusia 3 tahun. Dari bocah yang lincah dan riang, Lestari menjadi anak-anak yang pemarah dan minim bergerak.

Kakinya lemah, tak mau diajak bergerak. Dia hanya bisa berbaring di tempat tidur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




"Orang tua bilang, kaki saya kena virus polio," ujar Lestari yang kini berusia 40 tahun.

Kaki layu itu berawal dari serangan panas tinggi tiba-tiba. Oleh orang tuanya, Lestari dibawa ke mantri di Boyolali. Lalu disuntik.

Suhu badan Lestari memang menurun, namun kakinya tak mau digerakkan. Sejak itu, dia tak bisa meninggalkan tempat tidur sejak itu.

Segala upaya ditempuh untuk mengembalikan kekuatan kakinya. Tapi, berbuah nol besar. Sawah, kebun, dan rumah dilego untuk pengobatan. Tapi, hasil tetap nihil.

Kendati tak bisa lagi berlari, Lestari tumbuh sebagai remaja yang aktif. Untuk beraktivitas, dia menggunakan kruk sebagai alat bantu.

Dia bergaul dengan tetangga dan teman sekolahnya dengan biasa saja. Lagipula, Lestari tak pernah diejek dan dikucilkan.

"Saya kalau tak pakai penopang kaki, jalannya pakai lutut. Tapi, tak bisa jalan jauh. Pegang lutut saja, tak bisa jalan jauh," kata Lestari.

Keinginan menjadi atlet muncul setelah Lestari melihat suaminya, Muhammad Rai, yang merupakan salah satu atlet pelatnas para-athletics, sering bepergian untuk mengikuti kejuaraan. Dari aktivitasnya itu, Rai bisa memberi nafkah untuk dia.

Lestari pun merajuk untuk bisa mendapatkan kesempatan mengikuti seleksi menjadi atlet. Semangatnya bulat tak terganggu ucapan suami yang menyebut menjadi atlet itu berat.

"Saya ini kan ibu rumah tangga dan suami saya tanya apakah kamu benar-benar ingin terjun di olahraga. Saya bilang, memang boleh, mas? Boleh, jawab dia," kata Lestari.

"Jika suami tak mengizinkan, saya tidak berangkat. Akhirnya saya mengikuti seleksi fisik, psikologi, dan kesehatan. Akhirnya lolos," kata dia.

Setelah dinyatakan lolos masuk Timnas voli duduk Indonesia, Lestari harus siap mengikuti latihan seminggu tiga kali di Solo. Dia menggunakan bus untuk moda Boyolali ke Solo pulang pergi.

Perjalanan menjadi sedikit repot dengan keengganan Lestari meninggalkan putra semata wayangnya, Maha Poetra Toegar Perwhyra.

Dalam prosesnya, Lestari menjadi skuat utama Timnas voli duduk. Dia pun nyaman berprofesi sebagai atlet.

Keinginan untuk traveling seperti suaminya terwujud. Malah. Lestari mampu mempersembahkan medali-medali untuk kota, provinsi, dan negaranya.

Lestari adalah pemilik pemilik medali emas ASEAN Para Games 2011 Solo, emas 2012 Papernas Riau mewakili Kalimantan Timur, emas ASEAN Para Games 2015, Myanmar, dan perak Peparnas 2016 Bandung, juga medali dari anggar kursi roda perunggu Asian Para Games 2018.





(fem/fem)

Hide Ads