POP merupakan program Kemenpora yang bekerja sama dengan Fatayat NU dan Kedubes Australia. Event ini sudah dimulai pada Juli yang diikuti oleh tiga provinsi, Jawa Timur, Jawa Tengah dan DKI Jakarta.
Ada tiga kategori olahraga yang diperlombakan, yaitu bulutangkis, voli dan hadang/gobag sodor. Setiap cabor diikuti oleh enam peserta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada babak final yang digelar di GOR Otista, Jakarta, Selasa (20/11/2018) menghasilkan juara di masing-masing cabor. Juara satu dari cabor bola voli berhasil diraih Polda Semeru Jawa Timur, juara 1 bulutangkis dimenangkan Perwosi Tulungagung serta juara 1 hadang sukes disabet Perwosi Kabupaten Sidoarjo.
Masing-masing jawara srikandi nasional berhak atas hadiah senilai Rp 40 juta. Secara simbolis hadiah diberikan langsung oleh Ketua Umum PBNU, Said Aqil, Ketua Umum PP Fatayat NU, Anggia Ermarini, dan Deputi Pembudayaan Olahraga Raden Isnanta di GOR Otista, Jakarta Timur, Selasa (20/11/2018).
Prosesi penutupan POP 2018 ditandai dengan menabuh rebana sekaligus memeringati Perayaan Maulid Nabi.
"Dengan menyebut Al-hamdu lillahi rabbil 'alamin Pekan Olahraga Perempuan resmi berakhir," kata Said dalam rilis yang diterima detiksport.
Sementara Anggia Ermarini menyerukan bahwa perempuan Indonesia kini lebih familiar dengan dunia olahraga lewat Pekan Olahraga Perempuan.
"Kalau selama ini olahraga identik dengan lelaki, menurut saya itu wajar karena perempuan tidak banyak terlibat di sana. Tujuan kami adalah membudayakan olahraga, menjadikan olahraga sebagai life style, jadi bukan untuk mencetak atlet profesional," tutur Anggia.
Di sisi lain, Deputi Pembudayaan Olahraga Raden Isnanta yang mewakili Menpora Imam Nahrawi berharap kegiatan ini bisa konsisten terlaksana setiap tahunnya.
"Grand final ini sudah selesai. Ini merupakan sebuah perjalanan panjang yang dirintis Fatayat. Pemerintah melalui Kemenpora mendukung agar masyarakat berbudaya hidup sehat," ujar Isnanta.
"Memang salah satu tugas Kemenpora adalah menyehatkan, membugarkan 250 juta lebih penduduk Indonesia. Saat ini statistik baru 30 persen. Berarti 70 persen masih belum bugar. Artinya masih ada yang berpotensi sakit." dia menambahkan.