PBSI Waspadai Cedera Pebulutangkis di Rentetan Turnamen Eropa

PBSI Waspadai Cedera Pebulutangkis di Rentetan Turnamen Eropa

Mercy Raya - Sport
Rabu, 13 Feb 2019 19:59 WIB
Foto: Grandyos Zafna/detikSport
Jakarta - PP PBSI menyiapkan tim pendukung menuju tiga turnamen beruntun di Eropa pada Februari hingga Maret. Sebab, risiko cukup besar, cedera.

Tur turnamen Eropa dimulai dari Spanyol Masters 2019 di Barcelona pada 19-24 Februari, Jerman Terbuka di Muelheim an der Ruhr pada 26 Februari - 3 Maret, kemudian berlanjut ke All England di Birmingham, pada 6-10 Maret.

Bahkan, untuk pemain muda PBSI juga akan mengirim empat turnamen sekaligus termasuk Swiss Terbuka pada 12-17 Maret. Bagi yang tidak ke Spanyol, di dalam negeri juga akan digelar Superliga Badminton di Bandung, 18 sampai 24 Februari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padatnya turnamen membuat federasi harus pintar-pintar memilah dan mengirimkan pendukung terutama yang prioritas. PBSI juga menyiapkan langkah preventif untuk mereduksi risiko.


"Kami selalu siapkan tim fisio dan massuer, khususnya untuk pemain-pemain prioritas. Kami juga sarankan untuk membawa alat terapi, pemulihan. Siapapun tim ofisial, mereka untuk melayani atlet," kata Kabid Binpres PP PBSI, Susy Susanti, di Pelatnas PBSI, Cipayung, Rabu (13/2/2019).

Nah, untuk atlet sendiri Susy memberikan imbauan agar lebih disiplin dan mandiri. Dia bilang seorang pebulutangkis harus menyadari kebutuhan fisiknya.

"Mereka harus ingat untuk adaptasi dengan cuaca, disiplin, jaga makan dan istirahat. Mereka juga harus latihan pemanasan dan persiapan yang cukup karena kebutuhan dari masing-masing pribadi juga berbeda. Contoh, mungkin Jonatan Christie harus banyak pemanasan dibanding Anthony Ginting karena badannya lebih kaku," dia menjelaskan.

"Setiap selesai berlatih atau bermain, cepat ganti baju biar tidak masuk angin. Lalu peregangan, biar terus lentur, pakai jaket dan baju training setelah latihan biar enggak kena masuk angin dan otot jadi tidak lentur lagi," ujarnya.

Selain itu, Susy juga meminta atlet untuk lebih cepat menyesuaikan diri di lapangan. Kendati sudah ada standarnya masing-masing, adaptasi angin, lampu, dan bola tetap diperlukan.

"Karena tantangan di lapangan beda, seperti arah angin ke mana, lampu silau apa tidak, shuttlecock-nya berat apa ringan. Posisi lapangan, apakah ada yang tidak rata itu tetap harus diperhatikan juga," ujar dia.

(mcy/fem)

Hide Ads