Candra/Sigit menjadi juara All England 2003 setelah mengalahkan Lee Dong-soo/Yoo Yong-sung di babak final. Candra/Sigit menang dua gim langsung 15-5 dan 11-5.
Gelar juara All England itu diraih Sigit jauh setelah mereka memenangi gelar juara dunia pada 1997. Kenapa?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"All England itu turnamen perorangan yang sudah sangat tua. Salah satu yang bergengsi menjadi juara All England, tidak semua orang bisa mendapatkannya. Bisa menjadi pemain ranking satu, juara di mana-mana kalau enggak jadi juara All England rasanya enggak lengkap," kata Sigit.
"All England memiliki karisma luar biasa. Sudah begitu, tradisinya, ganda putra memiliki rentetan hasil bagus. Itu yang selalu kami camkan," tutur Sigit yang kini menjadi pelatih di PB Djarum itu.
"Sebenarnya, buat saya pribadi, mendapatkan juara All England pada 2003 itu agak kelamaan, waktu 1997 atau 1998 itu sudah semifinal, 2001 sempat final juga. Jadi, untuk yang kesekian kali baru menjadi juara All England. Berat, karena semua orang ingin menjadi juara All England. Saat masuk lapangan saja mikirnya,"Ini ya All England." Sejarahnya kuat sekali di situ," ujar dia.
Nah, saat mencapai final itu, Sigit cuma berpikir jangan sampai tak juara lagi. Berkaca pengalaman di laga-laga sebelumnya yang bergulir sengit setiap kali menghadapi pasangan Korsel itu, Sigit dan Candra malah heran babak final terasa lancar.
""Saat final sama Lee Dong-soo itu enggak nyangka jalannya lancar, bukan berarti ngentengin enggak, soalnya setiap lawan mereka cukup alot, yang di All England itu bisa dikatakan lebih lancar," Sigit mengenangnya.
"Kesempatan menjadi juara itu ada karena memang kalau dilihat ranking cukup baik, cukup diunggulkan. Kami berharap, terutama saya, kesempatan ini jangan disia-siakan lagi, sebelumnya sempat semifinal, jangan sampai mentok di final," dia menegaskan.