Indonesia terhenti di babak empat besar Piala Sudirman yang berlangsung Sabtu (25/5/2019). Mereka kalah 1-3 dari Jepang pada laga yang berlangsung di Guangxi Sports Center Gymnasium.
Kegagalan itu berjarak 30 tahun sejak Indonesia meraih trofi pada 1989. Saat itu menjadi edisi pertama kejuaraan bulutangkis beregu campuran, Indonesia juga tuan rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Indonesia Masih Punya PR di Sektor Tunggal |
"Dalam arti kata, dari segi materi saja kita sudah kalah. Buktinya, tunggal putra kita beberapa kali main sama Denmark kalah, Taiwan juga kalah. Makanya, ya mudah saja saya menebak. Apalagi kalau ketemu Jepang dan bisa mengalahkan mereka, itu luar biasa banget," dia menjelaskan.
Bisa dilihat hasil pertandingan melawan Jepang, kata Rudy, dari lima sektor, Indonesia hanya unggul di satu sektor saja yaitu ganda putra.
"Tunggal putra, tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran itu susah. Beda kalau bertemu China, mungkin ganda putrinya, tunggal putranya, siapa tahu bisa mengeladeni, tapi main di kandang mereka," ujar juara delapan kali All England tersebut.
"Saya kan pernah bicara kalau masuk final itu sudah luar biasa bagusnya. Semifinal saja sudah hampir lewat itu dengan Taiwan. Kan 1-2 dulu (kemudian menang 3-2)," dia menjelaskan.
"Makanya selama kekuatan tidak merata, Sudirman Cup sulit diambil," dia menambahkan.
Lebih jauh, Rudy mengatakan, jika kondisi ini terus terjadi, sampai lima tahun mendatang pun Piala Sudirman tidak akan kembali. Prestasi-prestasi Indonesia kemungkinan besar hanya datang dari sektor ganda putra dan ganda campuran.
"Mix double juga cuma sedikit paling dua pasang. Sementara itu, tunggal putra nanti dulu, tunggal putri apalagi. Ganda putri mengandalkan Greysia Polii melulu, dia sudah berumur. Mau sampai kapan? Menurut saya lima tahun ke depan enggak mungkin bisa mendapat Sudirman Cup," katanya.