SEA Games 2019 berlangsung 30 November sampai 11 Desember di Filipina. Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI), tidak hanya menurunkan atlet ke Kejuaraan Asia Tenis Meja yang berlangsung di Yogyakarta, 15-22 September, namun juga juga menjadwalkan training camp di China kurang lebih tiga dua bulan.
"Waktu persiapan SEA Games 2017 kami kirim ke China bisa meraup empat medali perunggu, dari sebelumnya hanya satu perunggu. Untuk itu, kami ingin mengirimkan lagi ke sana," kata Ketua Umum PP PTMSI, Oegroseno, di Hotel Harris, FX Sudirman, Jakarta, Senin (2/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, Oegroseno akan mengirim skuat pelatnas tenis meja ke China mulai 14 Agustus, namun rencana tersebut gagal karena belum ada kucuran dana dari Kemenpora. Oegroseno menilai masalah dualisme induk federasi tenis meja masih menjadi problem.
"Yang saya dengar, Kemenpora masih ragu (kucurkan dana). Mungkin ada masukan dari pihak sebelah, kami masih dualisme kan," ujar dia.
"Tetapi jika pemerintah tak mengucurkan dana, saya akan tetap memberangkatkan sendiri setelah Kejuaraan Asia ini, sampai 4 Desember, sehabis itu kami berangkat ke Filipina," dia menambahkan.
Oegroseno bilang setidaknya pelatnas tenis meja membutuhkan dana sebesar Rp 1,2 miliar. Itu jika satu atlet dibiayai Rp 50 juta satu bulannya. Sementara, pihaknya akan mengirim 12 atlet putra dan putri.
"Kami akan upayakan untuk berangkat meski sampai sekarang anggaran pelatnas belum turun," katanya.
Dengan program tersebut, Oegroseno optimistis Indonesia bisa meraih minimal satu medali emas, di SEA Games 2019.
"Saya uji coba, turunkan semua (atlet) sekarang (di Kejuaraan Asia). Target kita sendiri di SEA Games itu satu emas dari nomor ganda, kemudian satu perak, dan empat perunggu," kata pria yang pernah menjabat sebagai wakapolri itu.
(mcy/fem)