Tak Diizinkan Mengikuti Kongres KOI, Pengurus PTMSI Ngamuk

Tak Diizinkan Mengikuti Kongres KOI, Pengurus PTMSI Ngamuk

Mercy Raya - Sport
Rabu, 09 Okt 2019 16:40 WIB
Foto: Mercy Raya/detikSport
Jakarta - Kongres Pemilihan Ketua dan Waketum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) periode 2019-2023 diwarnai kericuhan. PP PTMSI yang dipimpin Peter Layardi memaksa masuk ruangan kongres.

Kongres KOI berlangsung di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Rabu (9/10/2019). Acara itu berlangsung sejak pukul 12.00 WIB. Tapi, usai jeda pembukaan, muncul ribut-ribut yang ditimbulkan pengurus Pusat (PP) Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI).

PP PTMSI yang diwakili beberapa anggota pengurus, salah satunya Mansur Lakoro yang menjabat sebagai komisi pertandingan dan perwasitan PP PTMSI dalam kabinet Peter Layardi, hadir di lobby ballroom 2, yang menjadi lokasi pelaksanaan kongres. Tapi, bagian keamanan KOI melarang mereka masuk, sebab tak ada undangan untuk Peter dkk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rupanya, adanya tiga kepengurusan PP PTMSI yang menjadi pemicu. Dari pantauan detikSport, undangan yang diperlihatkan oleh perwakilan PP PTMSI itu merupakan undangan kepada Ketua Umum PP PTMSI yang dipimpin oleh Lukman Eddy. Satu lagi, kepengurusan PTMSI dipimpin oleh Oegroseno. dalam prosesnya muncul berbagai versi tentang kepengurusan PP PTMSI. Masing-masing mengklaim sah di mata hukum.


"Kami mau masuk tapi ini tidak diberi izin. Gimana ini keadaan begini," kata Mansur kesal.

"Sejak awal kami ikuti aturan. Disuruh turun kami turun, tadi sempat bertemu Bapak Erick Thohir (Ketua KOI) dan katanya nanti disampaikan, (agar) kalian masuk. Nah, sekarang? Tidak boleh masuk ternyata," ujar dia.

Terpisah, Ketua Umum KOI, Erick Thohir, mengakui sempat bertemu dengan perwakilan PTMSI. Erick memutuskan tak mengizinkan seluruh pengurus PP PTMSI mengikuti kongres.

"Saya memang ketemu mereka tetapi saya bilang tidak ada yang masuk (kongres). Sekarang jika satu cabang terpecah menjadi tiga kepengurusan yang salah siapa? Cabornya dong. Jadi jika KOI mengambil kebijakan, kalau selama pecah tak boleh ada yang masuk, boleh dong?" kata Erick.

"Kalau mereka tak puas lapor ke BAKI (Badan Arbitrase Keolahragaan Indonesia). Nanti, BAKI yang memutuskan siapa yang sah. Kalau tak puas juga ke internasional, ada yang namanya CAS," ujar dia.




(mcy/fem)

Hide Ads