TPP telah membuka pendaftaran bagi bakal calon yang ingin mendaftar sebagai ketum dan waketum 27 September hingga 6 Oktober. Sampai menjelang penutupan, TPP hanya menerima satu pengembalian formulir oleh pasangan Raja Sapta Oktohari dan Warih Sadono. Dengan hanya satu pasang, maka dipastikan pemilihan berlangsung aklamasi.
"Positif saja yang penting berkualitas, kalau cuma satu bersyukur masih ada calon. Kalau enggak calon itu repot, masak ketua kosong?" kata Budiman kepada pewarta, dalam sambungan telepon Senin (7/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budiman memaklumi minimnya ketertarikan publik terhadap posisi tersebut, kendati jabatan itu strategis.
"Menurut saya tugas KOI antara lain sebagai diisyaratkan banyak, ketua macam-macam tapi ketua punya kapasitas mendanai organisasi itu. Misalnya, sponsor kurang, tak ada yang mau mendanai, menalangi gaji, dan kebutuhan lainnya. Jadi memang tugasnya berat," dia menjelaskan.
"Saya lihat Oktohari memang belum terjun terlalu lama di olahraga tapi minimal sebagai ketua PB ISSI dia berhasil menyatukan ISSI dari tiga kelompok jadi satu. Dia juga pernah pengalaman CdM, pengalaman sebagai Ketua Panitia Penyelenggara Asian Para Games 2018, itu cukup pengalaman, muda, punya kapasitas, pebisnis pula," ujar dia.
Meski begitu Budiman berharap ketua terpilih kelak berkomitmen pada Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga KOI serta memprioritaskan cabang olahraga Olimpiade dan Asian Games.
"Fungsi KOI bukan pembinaan saja tapi mengajak PB-PB agar organisasi mereka bisa hidup. Apalagi ke depan menghadapi tuan rumah Olimpiade 2032 saya kira cabor olimpiade potensi dengan federasi internasional diangkat tim lobi untuk sukseskan cabor-cabor olimpiade sport untuk punya hubungan baik itu diajak. Jangan yang tiba-tiba kurang strategis," katanya.
(mcy/fem)