Purwakarta - Atlet pelatnas
rowing belum menerima gaji lima bulan terakhir hingga kesulitan membeli sabun mandi. Padahal,
SEA Games 2019 Filipina sudah di depan mata.
Pelatnas rowing digeber sejak Januari 2019. Uang saku senilai Rp 4,5 juta hingga 10 juta, untuk 13 atlet (tujuh putra dan enam putri) pelatnas selama enam bulan pertama mengalir meskipun dibayarkan dua kali.
Tapi, uang saku mereka sejak Juli hingga November tak cair. Sampai-sampai sebagian atlet kesulitan membeli sabun mandi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai kini, kami belum menerima gaji sejak Juli. Sebelumnya juga telat Januari sampai Juni, tapi itu sudah dibayar dengan cara dirapel tiap tiga bulan," kata Ihram, salah satu atlet pelatnas rowing di Jatiluhur, Purwakarta, Selasa (12/11/2019).
"Kebetulan beli di sini buat kebutuhan sabun mandi dan lainnya. Mungkin yang sudah kerja enak tapi yang belum bekerja seperti junior kasihan," ujar atlet asal Wakatobi, Sulawesi Tenggara ini.
Senada, atlet pelatnas rowing lainnya, Ferdiansyah dan Romdon Mardiana, kesulitan keuangan. Beruntung dia disubsidi keluarga dari Bandung, padahal biasanya mereka menyisihkan uang saku untuk keluarga.
"Jadi, kami sampai lupa sudah tak kirim, malah keluarga yang kirim kami uang untuk membiayai kebutuhan hidup di sini," kata Romdon.
"Antisipasinya paling menggunakan sisa uang bonus, atau hadiah-hadiah selepas kejuaraan kemarin. Bisa juga gunakan gaji kantor tapi sebenarnya itu buat rumah," kata Romdon yang merupakan Serda TNI AL.
"Tetapi tidak sampai saling pinjam uang (sesama atlet) juga," Ihram menimpali.
Ferdiansyah bilang gaji telat yang terjadi tahun ini merupakan yang terburuk sejak 2015. Tahun lalu bahkan gaji yang diterima sangat lancar.
"Ya mungkin karena tuan rumah Asian Games," katanya.
Frekuensi Uji Coba Turun Selain uang saku, mereka menilai frekuensi uji coba pelatnas rowing tahun ini menurun ketimbang tahun lalu. Tahun lalu, misalnya, mereka sudah bisa mengikuti lima uji coba baik di Eropa maupun Australia. Di Eropa selama tiga bulan, sedangkan Australia selama dua pekan dalam kondisi full team.
"Hanya atlet yang bukan tim inti tinggal di mess. Sisanya, ikut semua ke Eropa. Sementara, sekarang hanya dua kali uji coba itu ke Thailand seri kejuaraan rowing dan Kejuaraan Asia di Korea," Ferdiansyah menjelaskan.
Jika sudah begitu, mereka hanya bisa menyampaikan keluhan melalui pelatih. Tapi, mereka kenyang makan janji.
"Pelatih sih janjinya selalu Jumat, ya kalau tidak cair Senin pekan depan, begitu terus. Bahkan, tadi pagi juga sempat dijanjikan pekan depan," mereka kompak menjawab.
"Kami sih mendengar katanya masih proses, masih proses, tapi tidak tahu masalahnya di mana," Ferdiansyah menambahkan.
Meski sudah hampir lima bulan tak digaji, para atlet rowing ini tetap berharap ada perubahan dari pemerintah. Apalagi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) baru ditunjuk, Zainudin Amali.
"Kami bertahan begini juga karena sudah terlanjur cinta jadi atlet. Pemerintah menuntut kita, ya kami juga membutuhkan. Jadi saling membutuhkan. Tapi namanya olahraga terukur tak mungkin tak dibayar, dengan latihan yang berat dan apa yang sudah kami lakukan, pasti (dibayar). Ini kan seperti bekerja juga," ujar Romdon.
Beruntung, Katering Tak BermasalahBeruntungnya atlet rowing meski gaji telat, urusan makanan tidak ada yang tertunda. Apalagi, gizi yang berkurang. Mereka juga menginap di salah satu mess dekat Danau Waduk Jatiluhur, Purwakarta. Di mess itu terdiri dari lima kamar untuk menampung sekitar 15 orang. Masing-masing kamar terdiri dari kamar mandi dan tempat tidur.
"Di sini makan ikan apa saja ada. Ikan laut juga ada. Karena di sini ada kantinnya, jadi bisa makan di sana atau dibungkus," tuturnya.
"Tetapi istilahnya jika gaji lancar kan enak. Ketimbang dirapel. Tiap bulan walau pas-pasan jika lancar enak," kata Romdon.
Masalah itu sempat dikonfirmasi kepada Kemenpora. Tapi, Kemenpora belum merespons.