Medali Perak Cintya di Modern Pentathlon Dianulir

Medali Perak Cintya di Modern Pentathlon Dianulir

Femi Diah - Sport
Jumat, 06 Des 2019 15:13 WIB
Cintya Nariska (kanan) di SEA Games 2019 modern pentathlon beach triathle perorangan putri, Jumat (6/12/2019). (dok. NOC)
Manila - Manajer Modern Pentathlon, Glenn Apfel, berlapang dada menerima dianulirnya medali medali perak SEA Games 2019 Filipina milik Cintya Nariska dari nomor beach triathle perorangan. Mereka tetap mengupayakan bonus untuk Cintya.

Dalam perlombaan di Subic Bay Boardwalk, Jumat (6/12/2019), dua wakil Indonesia finis pertama dan kedua. Dea pada emas dengan catatan waktu 19 menit dan 52,73 detik untuk menyelesaikan lari, berenang, menembak. Sementara itu, Cintya finis kedua dengan selisih waktu 9,290 detik di belakang Dea.

Tapi, perak Cintya dianulir. Perak diberikan kepada atlet Thailand, Sanruthai Aransiri, yang finis ketiga. Dia membukukan waktu 20 meniit dan 50,97 detik. Sementara perunggu menjadi milik wakil Filipina Pincess Honey Arbilon yang finis keempat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Awalnya, Glenn emosi. Dia tak terima dengan kebijakan itu sebab pembagian medali satu negara satu itu tak dibahas dalam technical meeting.

Dalam prosesnya, Glenn menyadari Indonesia-lah yang teledor dalam administrasi. Sebab, amandemen soal pembagian medali itu telah diterima Komite Olimpiade Indonesia (KOI) pada bulan Oktober 2019.

"Kami tidak bisa berbuat banyak karena sudah amandemen, persetujuan khusus, medali tidak boleh dimonopoli oleh satu negara. Setiap negara diperbolehkan mewakilkan beberapa atlet, namun menurut surat itu, yang sudah dikirimkan ke Indonesia cukup lama, namun tidak kami terima, menyatakan satu negara hanay berhak menerima satu medali. Kami tidak tahu surat itu macetnya di mana," kata Gleen yang dihubungi detikSport.

Ya, modern pentathlon baru pertama kali memperebutkan medali di SEA Games. Dengan alasan pemerataan medali, satu negara hanya berhak menerima satu medali, meskipun negara tersebut bisa mengirimkan lebih dari satu atlet dan finis di tiga besar sekaligus.

"Ini bukan kesalahan panitia, sebab kami yang belum menerima amandemen itu dan tidak menyampaikan kepada atlet. Kami sedang cek ke Jakarta di mana macetnya surat itu. Sekarang fokus kami membuat agar si atlet tidak kecewa," dia menjelaskan.

"Solusinya, kami akan bicarakan dengan KOI kalau anak ini memenangkan perak, nomor dua dan di tabel resmi juga nomor dua. Di jajaran federasi ketua umum menjanjikan berapapun bonus yang diterima atlet, minimal setengahnya akan diberikan oleh ketua umum," kata dia.




(fem/rin)

Hide Ads