Menjelang SEA Games 2019 Filipina muncul pengakuan seorang pesenam dari Kediri, Jawa Timur, didegradasi karena isu keperawanan. Pesenam itu Shalfa Avrila Siani (17 tahun).
Masalah itu sampai ditangani Kemenpora. Kemenpora meminta agar Pengurus Besar (PB) Persatuan Senam Seluruh Indonesia (Persani) dan barisan pelatih menjelaskan duduk perkaranya.
Setelah SEA Games usai, tepatnya pada Minggu (15/12) seluruh pihak yang terlibat bisa duduk bersama. Yakni, empat pelatih senam dari Jawa Timur (pelatih artistik putri Irma Febriyanti, pelatih kepala Indra Sibarani, pelatih ritmik Rahayu Retno, dan pelatih artistik putri Zahari) yang juga menangani pelatnas senam, orang tua Shalfa, dan kuasa hukum di Kediri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya diselesaikan secara kekeluargaan, juga telah disepakati beberapa hal hitam di atas putih yang ditandatangani tim pelatih senam pemusatan latihan daerah (puslatda) Jatim, Irma, Indra, Rahayu, dan Zahari. Surat tersebut berisi permohonan maaf atas permasalahan yang terjadi untuk atlet Shalfa. Shalfa disebut akan melanjutkan pembinaan bersama puslatda senam Jatim ke PON XX/2020 Papua tanpa melihat permasalahan yang terjadi. Mereka juga berharap agar Shalfa dapat berprestasi.
"Sebagai responnya, orang tua Shalfa, yakni Ayu Kurniawati, juga membuat pernyataan, yang menyebutkan bahwa menerima permohonan maaf dari para pelatih dan menyatakan permasalahan ini terselesaikan dengan cara kekeluargaan dan berharap agar Shalfa tetap dapat mengikuti pelatihan di Puslatda Jatim untuk PON 2020," dia menambahkan.
Gatot sekaligus berharap kejadian tersebut bisa menjadi pelajaran untuk cabor lainnya. Utamanya, dalam aspek komunikasi pelatih dan atlet.
"Cabang olahraga manapun saja agar memperbaiki pola komunikasi dalam program pelatihan yang teknis maupun non teknis sifatnya, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan dapat diminimalisasi, dan seandainyapun sampai terjadi dapat segera diatasi seperti yang ditempuh secara bijak oleh Kuasa Hukum tersebut," dia menjelaskan.
Terpisah, Ketua Umum PB Persani, Ita Yuliati, memastikan kasus sudah selesai. Dia berharap persoalan itu tak dijadikan polemik lagi.
"Kami tidak mau kasus ini berlarut-larut karena mengganggu proses pembinaan yang kami lakukan. Kami selesaikan secara kekeluargaan dengan permintaan maaf dan mereka mau menerima secara ikhlas," kata Ita, melalui sambungan telepon dengan pewarta.
"Keempat pelatih mewakili Persani sudah minta maaf. Kami tidak mau berpolemik lagi, kasihan atletnya. Kami tidak ingin diungkit-ungkit lagi kasusnya," dia menambahkan.
"Nanti saya akan buat imbauan internal ke pengprov supaya lebih berhati-hati ke depannya. Ini juga jadi pelajaran buat cabor lain. Ingat yang terpenting itu prestasi, kami olahraga yang cukup berisiko tinggi tapi tetap mengutamakan aspek prestasi," dia mengimbau.
(mcy/fem)