Tahun ini IBL menghapus kompetisi reguler dengan dua divisi. Kembali kepada sistem lama, IBL menggunakan sistem kompetisi penuh dengan mempertemukan 10 tim kontestan.
"Menurut saya, sistem baru IBL 2020 lebih fair karena setiap tim punya peluang yang sama (untuk menang). Tidak tergantung dari grup-grup, seperti tahun lalu," ujar kapten BPD DIY Bima Perkasa, Frida Aris, di GOR Klebengan, Rabu (8/1/2020) siang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kendalanya, masih nyetel sistem sama player-nya. Juga sistem main dan membangun chemistry-nya," jelas Aris. "Kami kedatangan tiga pemain asing, David Seagers, Devin Gilligan dan Blake Truman. Jadi kita masih membangun komunikasi," dia menambahkan.
Di musim sebelumnya, IBL memberlakukan sistem dua divisi. IBL memutuskan untuk menghilangkan sistem itu salah satunya karena Timnas Basket Indonesia ikut dalam kompetisi.
Itu dikhawatirkan dapat menimbulkan kecemburuan bagi salah satu divisi karena peluang kemenangan setiap divisi menjadi berbeda.
Menanggapi alasan tersebut, menurut Aris, tidak ada lawan yang dianggap paling berat karena timnya fokus pada kemenangan setiap game.
"Tidak ada lawan yang paling berat, karena setiap game fokusnya menang. Kami berusaha main untuk meraih kemenangan. Kita tidak bisa melihat lawannya siapa, misal tim A atau B," tuturnya.
Pada IBL musim sebelumnya, Bima Perkasa kalah melawan Satria Muda di babak play off. Tahun ini, Bima Perkasa optimistis maju ke babak final, mengingat mereka menargetkan menang di setiap pertandingan.
"Bima Perkasa dari tahun ke tahun performanya terus naik, kita akan terus mempertahankan itu. Para pemain menunjukkan proses yang baik di setiap latihan," Aris menambahkan.
Baca juga: IBL 2020 Kembali ke Sistem Lama |
(fem/fem)