PP PBSI membebaskan atletnya untuk bersalaman ketika mulai atau di akhir pertandingan. Pebulutangkis Indonesia diminta menghormati lawan.
Ide pemain tak wajib salaman di Kejuaraan Bulutangkis Beregu muncul seiring dengan wabah virus corona yang menyebar di sejumlah negara. Ajang itu berlangsung di Manila pada 11-16 Februari di Manila
Kepala bidang Pembinaan Prestasi PBSI, Susy Susanti, mengatakan penyebaran virus yang sudah memakan korban jiwa hampir seribuan ini bisa tertular lewat body contact.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu pun menjadi isu saat manager meeting yang berlangsung Senin (10/2/2020) siang waktu setempat. Hasilnya, pihak penyelenggara tak mewajibkan kepada atlet untuk tak bersalaman dengan lawan, hakim servis, sebelum dan sesudah pertandingan.
"Iya, memang karena situasi saat ini jadi agak mengurangi body contact dengan orang ya. Otomatis ya, saya rasa (tidak mewajibkan salaman) itu baik-baik saja, yang penting baik-baik saja. Sama-sama sopan, saling menjaga, jadi menurut saya ada baiknya. Ya, sudah salaman ala kita atau ala Thailand, salaman jauh," kata Susy dalam sambungan telepon dengan pewarta, usai managers meeting.
Sementara dari sisi penonton, Susy menjelaskan, tidak dibahas secara khusus saat pertemuan antarmanajer.
"Tadi sih enggak (penonton) ya. Tidak dibahas terlalu detail soal itu. Cuma dalam situasi itu mengurangi body contact dan jangan terlalu ketakutan sendiri saja, sebaliknya lebih menjaga diri masing-masing, dan kalau salaman bawa anti septic lah. Lebih ke pencegahan," ujar peraih medali emas Olimpiade 1992 Bercelona ini.
"Pemakaian masker juga tak dibahas. Itu masing-masing. Pelatih enggak boleh pakai masker saat mendampingi atlet tanding, itu sesuai koridor aturan. Lagipula itu engap juga, terlalu lama. Dan tak terlalu bagus kalau kelamaan jadi kuman," dia menambahkan.
(mcy/cas)