Jumat (11/11/2016) waktu setempat, Amerika Serikat akan menjamu Meksiko dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2016. Laga tersebut bakal dilangsungkan di Mapfre Stadium, Columbus, Ohio.
Duel itu sejak awal diprediksi akan sengit terkait rivalitas kedua tim yang sudah mengakar lama. Tapi kini tensinya naik berkali-kali lipat setelah kurang dari 24 jam lalu Donald Trump terpilih sebagai presiden baru Amerika Serikat. Trump memenangi pemilu setelah secara mengejutkan mengalahkan Hillary Clinton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sesi latihan sebelum pertandingan, Tim Howard menolak memberikan pernyataan saat ditanya soal terpilihnya Trump. Dia menyatakan tidak ikut memilih - meski jika memilih tak akan memberikan suaranya pada Trump.
"Itu politik dan ini sepakbola. Meksiko akan berupaya dan mencoba menglahkan kami, dan kami akan berupaya dan mencoba mengalahkan mereka. Itu tidak ada kaitannya dengan politik," ucap Howard dikutip dari Guardian.
Sementara itu Michael Bradley berbicara lebih terbuka. Namun dia tetap mengingatkan agar publik Amerika Serikat tetap bersatu dan memercayai sistem demokrasi mereka sendiri.
"Saya berpikir kalau apa yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, itu memberi warna tambahan dalam pertandingan ini. Tapi secara umum apa yang saya rasakan adalah, kita sebagai bangsa Amerika, kita memercayai sistem kita, kita menghormati demokrasi kita dan terlepas dari apapun keyakinan dan apapun yang Anda pilih, kita punya kewajiban untuk terus bersatu. Berdiri di belakang presiden baru dan percaya serta yakin dia akan melakukan yang terbaik bagi seluruh negara," papar Bradley.
Rivalitas Amerika Serikat dengan Meksiko sudah dimulai sejak 1943. Namun persaingan itu baru 'disadari' oleh kubu AS sejak periode 1990-an, seiring mulai bangkitnya olahraga sepakbola di sana. Sejak saat itu AS mulai meraih sukses, dan kubu Meksiko merasakan kalau dominasi mereka mulai terkikis. AS kini dominan jika bermain di kandang, sementara Meksiko juga jauh lebih unggul jika laga dihelat di rumah mereka. (din/krs)