Tidak kurang dari 71 orang menjadi korban tewas dalam kecelakaan tersebut, termasuk mayoritas tim utama Chapecoense, beserta pelatih, staf, dan ofisial klub, yang sejatinya hendak menuju Kolombia untuk menjalani partai leg pertama Copa Sudamericana.
[Baca juga: Kecelakaan-Kecelakaan Pesawat yang Melibatkan Klub-Klub Sepakbola]
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Guyuran hujan itu sendiri tidak menggoyahkan tekad para suporter Chapecoense di Conda Arena, dalam memberi penghormatan terakhir buat para pemain pujaan yang kini sudah menjalani tidur abadi.
[Baca juga: Tentang Chapecoense, Klub Brasil yang Alami Kecelakaan Pesawat]
![]() |
Seluruh prosesi berlangsung dengan iringan isak tangis air mata di wajah-wajah sendu. Simak salah satu catatan Julia Carneiro dari BBC Brasil ini:
"Puluhan ribu datang untuk mengucap salam terakhir, walaupun hujan deras mengguyur kota Chapeco selama proses berlangsung, dengan langit kelabu terus menggelayut setelah satu pekan sebelumnya ada hari-hari cerah. Peti-peti jenazah diselimuti bendera Chapecoense, kebanyakan suporter pun menyelimuti diri dengan bendera sama," tulisnya.
![]() |
"Duka para keluarga korban benar-benar menyentuh hati. Seorang gadis kecil dengan lembut membelai potret ayah tercinta, memegang erat-erat bingkainya. Di tribun, seorang pria di samping saya terisak seperti bocah, ia menyeka air matanya yang berlinang dengan syal Chapecoense. Ia bilang bahwa tahun ini dia dan putranya yang berusia 9 tahun sudah menyaksikan seluruh pertandingan tim terkecuali satu laga.
[Baca juga: Sebelum Kecelakaan Maut, Pemain Chapecoense Ini Dikabari Akan Dapat Momongan]
"Seperti begitulah kisah yang umum di Chapeco sini. Tim ini bak putra dari kota Chapeco dan kota ini pun ikut berkabung bersama para keluarga korban," tutur Carneiro.
Presiden Brasil Michel Temer menyempatkan diri hadir langsung di Conda Arena. Kedatangannya disebut Reuters terjadi di luar rencana. Dengan momen itu menjadi penghormatan terakhir buat para mendiang, Temer juga enggan mencuri perhatian. Ia tak memberikan pidato resmi di prosesi selama sekitar 3 jam itu. Temer datang dan pergi tanpa pengumuman.
![]() |
"Kejadian ini, seperti Anda ketahui, sudah mengguncang negeri ini," kata Temer dalam komentar singkat sebelum berangkat ke stadion. "Hujan yang turun ini karena Santo Peter pasti ikut menangis."
(krs/fem)