Pemain berusia 33 tahun itu akan mengakhiri karirnya sebagai pesepakbola pada akhir musim ini. Meski pensiun sebagai pemain, Universidad de Chile yang menaunginya sejak 2005 lalu --sekaligus juga klub profesional pertama Salas-- telah memintanya untuk tetap ada di sana untuk memegang jabatan tertentu.
"Dalam pertemuan dengan Salas, dia memutuskan akan mengakhiri karirnya di Universidad de Chile," tukas presiden klub, Federico Valdes pada TVN, seperti dilansir Channel4.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salas mengawali karir di Universidad de Chile pada tahun 1993 dan tampil apik. Di klub negara kelahirannya, Cile, itu 50 gol dia lesakkan dari 75 pertandingan dalam kurun waktu tiga tahun.
Sukses di negeri sendiri, Salas merantau ke Argentina bersama River Plate pada tahun 1996 dan berhasil membawa klub tersebut meraih gelar Apertura dan Clausura musim 1996-97 serta Super Copa 1997.
Nama Salas makin mencuri perhatian di Piala Dunia 1998. Duetnya bersama Ivan Zamorano --yang dijuluki Za-Sa-- jadi momok pertahanan lawan. Di gelaran itu dia lantas mengemas empat gol. Secara keseluruhan, Salas sudah membuat 37 gol dari 70 laga bersama negaranya.
Performa Salas di Piala Dunia 1998 memikat klub Seri A Italia, Lazio. Uang seharga 18 juta dolar AS (Rp 215 milyar) pun digelontorkan untuk merekrutnya. Keputusan membeli Salas ternyata tak keliru. Dalam kurun waktu 1998-2001 berbagai gelar ia persembahkan buat 'Biancocelesti', yakni scudetto, Piala Winners, dan Piala Super Eropa.
Cemerlang di Lazio, dia mencoba peruntungan di Juventus. Namun, di klub kota Turin tersebut dia malah menjalani masa-masa terburuk dalam karir akibat cedera. Salas pun pun hanya bisa menjaringkan empat gol dalam 25 laga.
Di tahun 2003, Salas kembali membela River Plate dan dua tahun kemudian kembali ke klub pertamanya, Universidad de Chile, sebelum memutuskan pensiun di akhir musim.
(krs/a2s)