Kieran Gibbs, Sebuah Deja vu Buat Arsenal

Kieran Gibbs, Sebuah Deja vu Buat Arsenal

- Sepakbola
Rabu, 06 Mei 2009 08:10 WIB
London - Apa yang dialami Kieran Gibbs sangat mungkin terjadi pada semua pesepakbola di dunia. Tapi buntut dari terpelesetnya bek 18 tahun itu membuat The Gunners harus kembali menelan kegagalan dengan materi pemain mudanya.

Setelah cuma kalah 0-1 di leg pertama, Arsenal masih punya segala harapan untuk bisa membalikkan keadaan dan memesan tiket ke final Liga Champions. Peluang yang terbuka lebar mengingat The Gunners punya rekor bagus jika bertanding di kandangnya sendiri.

Namun baru delapan menit laga berjalan harapan itu sudah runtuh, jatuh bersama gol yang dilesakkan Park Ji Sung ke gawang Manuel Almunia. Sebuah gol yang mungkin tak akan terjadi andai Gibbs tak mengalami kesialan di kotak penalti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemain termuda yang dimiliki Arsenal dalam laga tersebut gagal menghalau crossing mendatar Cristiano Ronaldo yang melintas di depannya. Dia terpeleset di lapangan mulus Emirates Stadium.

Kalau kemudian Arsene Wenger menyebut Arsenal sudah kalah di 10 menit pertama pertandingan, begitulah kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Jika sebelum gol Park, Arsenal cuma butuh dua gol untuk bisa melangkah ke final, kesalahan yang dibuat Gibbs membuat The Gunners punya gunung yang harus didaki karena mereka wajib bikin tiga gol untuk bisa lolos. Kondisi yang kemudian menghancurkan mental tuan rumah dan dimanfaatkan MU untuk mencetak gol keduanya.

"Kami tak ingin menyalahkan pemain secara individu. Dalam tiga menit kami kemasukan dua gol dan itu keterlaluan," ungkap Wenger usai pertandingan seperti diberitakan BBC.

Sebagai pelatih, selayaknya Wenger tidak menyalahkan pemain atas apa yang terjadi di atas lapangan. Namun dia tentunya bertanggung jawab atas kebijakan yang dia ambil sendiri, yakni terkait pemilihan pemain dan hobi membangun skuad muda.

Tak ada yang salah dengan kebijakan mengumpulkan pemain belia sebagaimana dilakukan Wenger. Namun faktanya, dengan metode tersebut, Arsenal tak punya gelar di Eropa. Bahkan di kompetisi lokal, titel terakhir yang mereka raih adalah Piala FA musim kompetisi 2004-2005.

Tahun 2006 Wenger memang sempat membawa Arsenal ke final Liga Champions pertamanya, meski kemudian kalah 1-2 atas Barcelona. Tapi saat itu The Gunners masih diperkuat banyak pemain berstatus superstar semisal Robert Pires, Ashley Cole, Fredrik Ljungberg, Aliaksandr Hleb dan tentunya Thierry Henry.

Soal keputusan memainkan Gibbs, Wenger bisa dibilang tak punya pilihan lain karena cedera yang dialami Gael Clichy. Masalah Wenger di lini belakang bertambah parah karena tiadanya Michael Silvestre dan William Gallas yang juga terpaksa absen.

Penampilan Gibbs sebelum laga dinihari tadi sebenarnya tak bisa dibilang buruk. Dia dianggap cukup berhasil mengawal posisi kiri belakang Arsenal setelah menjalani debut di tim senior pada 8 Februari lalu, masuk menggantikan Clichy yang didera cedera.

Setelah debutnya tersebut, bek berkebangsaan Inggris itu tercatat menjadi starter di 10 pertandingan Arsenal. Ditambah penampilan yang cukup baik di Old Trafford pekan lalu, Wenger punya cukup banyak alasan untuk kembali memainkannya. Apalagi pemuda kelahiran 26 September 1989 itu juga dikenal punya speed dan gigih mengawal daerah pertahanan.

Entah merasa tertekan, gugup, kurang pengalaman atau memang cuma sekedar apes. Yang jelas kegagalannya menghalau crossing Ronaldo harus dibayar mahal dengan sebuah gol yang kemudian makin mempersulit perjuangan The Gunners.

Untuk kali kesekian Arsenal kembali gagal jadi juara (di Eropa). Mungkin hanya kebetulan kalau Gibbs yang jadi sorotan atas kegagalan ini, namun setelah sekian waktu menunggu, Wenger mungkin perlu mengubah kebijakannya soal pembelian pemain muda.

"Sepertinya mudah untuk mengatakan kalau kami sedikit kurang pengalaman. Tetapi saya yakin kami punya kualitas dan kami akan terus berkembang," tegas pelatih asal Prancis itu. (din/arp)

Hide Ads