Stadion tersebut ironisnya adalah tempat di mana Foe pernah berkarier bersama Olympique Lyon sedari musim 2000/2001 hingga 2001/2002. Laga semifinal Piala Konfederasi 2003 antara Kamerun kontra Kolombia, 26 Juni 2003, jadi saksi bisu kepergian Foe.
Saat itu laga memasuki menit ke-72 dan tiba-toba saja Foe jatuh tergeletak di atas lapangan. Seketika laga dihentikan dan tim paramedis pun melakukan pertolongan pertama untuk menjaga Foe.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu pula perhelatan Piala Konfederasi mendapat kecaman karena membuat para pemain tak punya waktu istirahat setelah semusim penuh berjibaku dengan klubnya. Meski pada akhirnya turnamen antar jawara setiap benua itu tetap digelar hingga saat ini.
Kematian Foe diduga karena si pemain terkena hypertrophic cardiomyopathy, penyakit yang menyerang jantung. Kamerun sendiri akhirnya finis sebagai runner-up karena kalah dari Prancis. Tapi tak ada perayaan karena semua pemain berduka atas kepergian Foe.
Untuk mengenang kepergian Foe, kapten Kamerun saat itu Rigobert Song membawa foto rekannya itu dalam ukuran besar dan mengalungkan medali di foto tersebut. Selain itu di laga final, seluruh anggota timnas Kamerun serta staff pelatih menggunakan jersey bertuliskan Foe dan nomor 17 yang dikenakan si pemain.
"Bagaimana saya bisa menjelaskannya? Mengalahkan Brasil di laga pertama kami, lalu kami kehilangan Marc-Vivien Foe dalam sebuah kejadian yang begitu tragis. Saya tidak pernah menghadapi hal seperti ini dalam karier profesional saya. Usai pertandingan itu saya tidak bisa membantu tim saya. Saya harus menolong diri sendiri dulu," ujar pelatih Kamerun ketika itu, Winfried Schaefer, seperti dilansir situs resmi FIFA.
Kini 10 tahun sudah tragedi itu berlalu dan Piala Konfederasi sudah memasuki edisi ke-9 sejak diambil alih oleh FIFA pada tahun 1997. Tentunya tak ada yang ingin insiden seperti Foe terulang lagi, terlebih era sepakbola modern sekarang lebih banyak menguras fisik serta pikiran para pemain.
Afrika boleh berharap Nigeria sebagai wakil 'Benua Hitam' dapat memberikan prestasi lebih di turnamen kali ini seperti yang dilakukan Afrika Selatan empat tahun lalu saat meraih peringkat ke-4 dan juga Kamerun sebagai finalis. Tentu demi menghilangkan luka 10 tahun peringatan kepergian salah satu pesepakbola terbaiknya.
(mrp/a2s)