Terpaan suhu 15 derajat celcius dan tiupan angin kencang tetap membuat para pendukung Galatasaray semangat. Mereka meneriakkan yel-yel menyemangati Wesley Sneijder dkk. untuk menekuk Kasimpasa.
Suasana stadion Ali Sami Yen Spor Kompleksi riuh rendah, tidak kalah riuhnya pada saat biasa. Pertandingan Liga Turki yang mempertemukan Galatasaray melawan Kasimpasa kali ini memang tidak biasa. Sebabnya, laga hanya ditonton kaum perempuan dan anak-anak.
Laga derby Istanbul itu berlangsung, Sabtu (19/4/2014) mulai pukul 19.00 WIB, di stadion megah berkapasitas 52 ribu penonton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertandingan kian menarik sebab Kasimpasa kini tengah menjadi sorotan. Usai promosi di musim 2012/2013, tim berjuluk Apaciler itu mampu merangsek ke peringkat enam besar.
Hingga Liga Turki musim ini berjalan 30 pertandingan musim ini, Kasimpasa mampu menjaga raihan musim lalu dengan bertengger satu tingkat lebih baik dari musim lalu. Selain itu, mereka juga tengah menjadi buah bibir karena kedekatan dengan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan.
"Kasimpasa terlalu cepat merangsek menuju papan atas," begitu kata salah seorang warga Turki.
Beberapa media memang menyoroti sepak terjang Kasimpasa terkait upaya Erdogan untuk terus menggenggam kekuasaan di negeri Kemal Attaturk ini.
Meski sebenarnya Kasimpasa bukanlah kesebelasan kemarin sore (Kasimpasa berdiri sejak 1921), namun kemunculannya kembali di Superliga untuk kedua kalinya setelah 43 tahun pada tahun 2007 membuat publik sepakbola Turki mengalihkan fokus pada mereka.
Kasimpasa tidaklah memiliki fans sebanyak dan sefanatik Galatasaray. Usia Galatasaray memang lebih tua, didirikan Ali Sami Yen sejak 1905.
Stadion Galatasaray yang berdiri di komplek olahraga berluas total 120 ribu meter persegi yang berada di distrik Sisli ini juga jauh lebih megah dan bertaraf internasional. Sedangkan Kasimpasa bermarkas di Stadion Racip Tayyip Erdogan di Distrik Beyoglu yang hanya berkapasitas 15.000 penonton.
Wajar bila dalam pertandingan Galatasaray melawan Kasimpasa ini, stadion Ali Sami Yen dipadati suporter fanatik Galatasaray. Tak terlihat signifikan penonton yang mengenakan atribut biru dan putih khas Kasimpasa.
Stadion tidak penuh, karena pendukung fanatik Galatasaray dari jajaran kaum lelaki kali ini absen. Sesuai keputusan organisasi sepak bola di Turki, pertandingan Galatasaray melawan Kasimpasa ini memang tidak diperbolehkan ditonton suporter lelaki, sebagai bentuk hukuman.
Kondisi ini membuat hanya seperempat kursi stadion yang terisi. Tapi, semua penonton berseragam merah dan kuning emas itu merupakan perempuan dan anak-anak.
Tanpa suporter lelaki, suasana di stadion yang disponsori Turk Telekom ini tetap ramai. Para penonton fanatik Galatasaray dari kaum hawa dan anak-anak ini sudah berdatangan beberapa jam sebelum pertandingan dimulai. Mereka lengkap mengenakan jersey Galatasaray dan berbagai atribut seperti syal, topi, dan sebagainya.
Menjelang pertandingan, para suporter menghangatkan suasana stadion dengan menyanyikan lagu himne Galatasaray 'Galatasaray Marsi'. Dengan komando salah seorang perempuan, mereka bersemangat menyanyikan himne yang diresmikan pada 1980 saat perayaan HUT ke-75 Galatasaray itu.
Lagu dengan penuh semangat ini diciptakan oleh Mehmet Faruk Gurtunca dan Selmi Andak. "Galatasaray ruhumuz tek burcumuz. Ali Sami Yen olumsuz kurucumuz. Kultur simgesi Galatasaray, Sporun besigi Galatasaray," begitu lirik bait pertamanya menggema keras.
Begitu pertandingan dimulai hingga selesai, sorak sorai para kaum hawa tak pernah putus. Mereka beratraksi duduk dan berdiri meliuk-liuk membuat gelombang yang menarik. Mereka juga mengangkat syal yang bertuliskan 'UltrAslan Avrupa' (Singa Eropa) dan 'United V Galatasaray' dan bergerak mengikuti pemandu mereka.
Di Istanbul, ternyata pendukung fanatik kaum hawa tidak kalah dengan pendukung fanatik pria. Bahkan banyak mereka yang berhijab juga ikut menjadi penonton fanatik ini.
Seruan mereka selama lebih dari 2 x 45 menit patut diacungi jempol. Mereka menonton dengan tertib, meski aparat kepolisian disiagakan di dalam dan luar stadion. Namun, obor semangat yang mereka nyalakan tidak bisa membuat pemain Galatasaray bermain revolusioner.
Tanpa didukung sang bintang Didier Drogba yang mengalami cedera, Wesley Sneijder dkk. takluk di tangan Kasimpasa. Skornya juga telak, yakni 0-4. Kenyataan pahit di kandang sendiri mau tak mau harus diterima Galatasaray.
Kekalahan Galatasaray ini berawal dari menit keenam saat Hakan Balta dikartu merah oleh wasit. Dia dianggap mengganjal keras pemain Kasimpasa di kotak penalti.
Hakan Balta keluar lapangan, pemain Kasimpasa Ezequiel Scarione sukses melesakkan bola ke gawang Galatasaray yang dijaga Fernando Muslera.
Kasimpasa unggul 1-0 dan Galatasaray pun harus bermain dengan 10 pemain hingga pertandingan usai. Kasimpasa kemudian berhasil menambah gol pada menit di sisa pertandingan lewat Tabare Viudez, Scarione, dan Yalcin Alyan.
Pelatih Galatasaray Roberto Mancini marah besar dengan keputusan wasit Cuneyt Cakir yang memberi kartu merah Hakan Balta. Menurut Mancini, Hakan Balta tidak mengganjal keras pemain Kasimpasa.
Pemain Kasimpasa terjatuh di kotak penalti akibat berebut bola dengan Hakan. Mancini meyakinkan hal itu dengan tayangan ulang insiden di kotak penalti itu.
"Saya berharap di pertandingan mendatang, kami tidak bertemu kembali dengan wasit itu," kata Mancini keras kepada wartawan termasuk detikCom seusai pertandingan usai.
Tentu hasil kekalahan empat gol tanpa balas Galatasaray dari Kasimpasa membuat kisah sepakbola di Turki akan makin ramai.
Apakah keputusan wasit memberikan tendangan penalti kepada Kasimpasa memperkuat sinyalemen selama ini bahwa Kasimpasa memang dikatrol gara-gara terkait Recep Tayyip Erdogan?
Itu pertanyaan yang mengemuka di publik, namun tidak mudah untuk menjawabnya. Bisa jadi nada-nada miring seperti ini hanya untuk menaikan suhu politik Turki yang beberapa bulan terakhir memang memanas.
Yang jelas, dengan kemenangan ini Kasimpasa mampu menempatkan diri di peringkat lima. Meski masih berjarak sebanyak sembilan angka, boleh dibilang upaya Kasimpasa untuk menjadi klub sepakbola terbaik di Istanbul, menggeser Galatasaray, semakin dekat.
(asy/cas)