Piala Dunia 1966 di Inggris menjadi ajang "perkenalan" untuk tim sepakbola Korut. Berstatus debutan, mereka di luar dugaan menaklukkan tim kuat Italia 1-0 dan melaju ke perempatfinal sebelum akhirnya dihentikan Portugal.
Lama absen, Korut mencuri perhatian lagi di kualifikasi Piala Dunia 2006, tapi dengan cara yang negatif. Suporter mereka mengamuk pada laga melawan Iran di Pyongyang gara-gara wasit menolak untuk memberi hadiah penalti. Mereka makin marah lantaran wasit malah mengganjar salah satu pemain Korut dengan kartu merah. Batu, botol, dan kursi pun beterbangan ke arah lapangan. Seusai pertandingan, suporter Korut juga "menyandera" para pemain Iran dan tak membiarkan mereka naik bus.
Setelah kejadian memalukan itu, Korut menunjukkan kebangkitannya. Mereka berhasil menembus putaran final Piala Dunia 2010 yang digelar di Afrika Selatan.
Ada cerita menarik soal penampilan Korut di Piala Dunia 2010. Saking takutnya timnas mereka dibantai oleh Brasil di laga pertama fase grup, laga tersebut tak disiarkan di Korut. Korut ternyata tampil mengesankan dan cuma kalah 1-2 dari tim Samba. Penampilan tim yang terlihat menjanjikan membuat laga berikutnya melawan Portugal ditayangkan lewat televisi. Tapi, bukannya menang, mereka malah jadi bulan-bulanan dan kalah telak 0-7. Pada laga terakhir, mereka kalah telak lagi, dengan skor 0-3 dari Pantai Gading.
Tersingkir dengan cara memalukan seperti itu tak bisa diterima oleh publik Korut. Setelah tim kembali ke Pyongyang, hukuman pun disiapkan.
Sejumlah laporan menyebutkan bahwa tim sepakbola Korut dan pelatih mereka, Kim Jung-hun, digiring ke sebuah auditorium untuk dihujat habis-habisan. Cuma dua pemain, Jong Tae-se dan An Yong-hak, yang lolos dari hukuman karena mereka langsung terbang ke Jepang.
Dipimpin oleh Menteri Olahraga Pak Myong-chol, hukuman untuk tim sepakbola Korut kabarnya berlangsung selama enam jam dan ditonton oleh sekitar 400 pegawai pemerintah, siswa, dan jurnalis. Dalam sebuah momen, tiap pemain diminta untuk mencaci-maki dan menyalahkan Kim, pelatih mereka sendiri. Kim pada akhirnya dipaksa menjadi buruh bangunan karena dianggap telah berkhianat kepada Kim Jong-un, yang saat itu masih menjadi pewaris takhta kekuasaan Korut dari ayahnya, Kim Jong-il. The Guardian melaporkan bahwa Korut sangat ingin meraih kesuksesan di Piala Dunia 2010 demi memuluskan transisi kekuasaan.
Hukuman di atas sebenarnya terhitung "ringan". Pada masa lalu, para pemain sepakbola Korut yang dianggap gagal dalam sebuah turnamen bisa dijebloskan ke penjara.
Di level kompetisi yang lebih rendah dari Piala Dunia, Korut sebenarnya tak terlalu istimewa. Mereka baru tampil tiga kali di putaran final Piala Asia dengan posisi keempat di tahun 1980 sebagai prestasi terbaiknya. Mereka juga lolos ke putaran final Piala Asia 2015 bukan lewat jalur kualifikasi, tapi karena memenangi Challenge Cup 2012.
Dilihat dari peringkat FIFA, Korut pun tak terpaut jauh dari Indonesia. Mereka saat ini ada di posisi ke-150, sedangkan Indonesia di posisi ke-156.
Bagaimana prestasi tim sepakbola Korut di ajang lain, termasuk Asian Games? Timnas U-23 mereka secara konsisten tampil di empat edisi Asian Games terakhir. Di tiga edisi sebelumnya (2002, 2006, 2010), mereka selalu berhasil menembus babak perempatfinal.
Di Asian Games 2014, Korut yang dilatih Yun Jongsu tampil sebagai juara Grup F setelah menekuk China 3-0 dan Pakistan 2-0. Mereka akan menghadapi timnas Indonesia U-23 di babak 16 besar, Jumat (26/9/2014). Sejauh ini, So Kyong-jin menjadi top skorer mereka dengan dua gol.
Indonesia sendiri lolos ke babak 16 besar sebagai runner-up Grup E. Setelah menghajar Timor Leste 7-0 dan Maladewa 4-0, tim asuhan Aji Santoso itu kalah telak 0-6 dari Thailand.
(mfi/cas)