Ketika ISL Menggugah India

Ketika ISL Menggugah India

- Sepakbola
Rabu, 24 Des 2014 20:07 WIB
Ketika ISL Menggugah India
Hindustan Times via Getty Images
New Delhi -

ISL atau singkatan dari Indian Super League memang hanya berlangsung tiga bulan saja. Namun, dalam waktu yang sesingkat itu, ISL sudah mampu menggugah masyarakat India.

Tahun 2014 menjadi tahun pertama ISL digelar dengan hanya diikuti oleh delapan tim saja. Kedelapan tim tersebut adalah Chennaiyin FC, FC Goa, Atletico de Kolkata, Kerala Blasters, Delhi Dynamos, Pune City, Mumbai, City, dan NortEast United.

Kedelapan tim itu bertanding dalam format liga dua putaran sehingga masing-masing tim akan bermain 17 kali. Di akhir putaran kedua, empat tim yang berada di empat besar akan bermain di semifinal dan dua tim pemenang di semifinal akan bertarung di partai puncak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kerala, Chennaiyin, Atletico, dan Goa jadi empat tim yang melaju ke semifinal tahun ini. Di partai final, Kerala --yang melaju usai mengalahkan Chennaiyin-- bertanding melawan Kolkata. Hasilnya, Atletico menang 1-0 atas Kerala.

Sekilas, tidak ada yang istimewa dari liga yang berlangsung dari 21 Oktober sampai 20 Desember 2014 tersebut, kecuali banyaknya eks bintang Eropa dan dunia yang bermain di sana. Tiap bintang tersebut menjadi marquee signing untuk satu tim ISL atau menjadi pelatihnya.

Sebut saja Marco Materazzi yang jadi pelatih Chennaiyin atau Zico yang melatih Goa. Selain keduanya masih ada Luis Garcia yang menjadi pemain Atletico, Elano (Chenaiyin), Alessandro Del Piero (Delhi), Robert Pires (Goa), David James (Kerala), Fredrik Ljungberg (Mumbai), Joan Capdevila (NorthEast), sampai David Trezeguet (Pune).

Datangnya nama-nama top tersebut tidak jadi ukuran meriahnya ISL. Namun, dari banyaknya orang yang datang ke stadion, bisalah musim pertama ISL disebut sukses.

Seperti dikabarkan oleh Guardian, rata-rata penonton yang menyaksikan langsung di stadion mencapai angka 24,357. Jumlah tersebut disebut cukup besar mengingat sepakbola bukanlah olahraga yang paling terkenal, masih ada kriket yang juga digemari masyarakat India.

Times of India menyebut, ISL telah mengubah kebiasaan dari para penggemar sepakbola di India. "Sepakbola telah menjadi olahraga sofa di India --fans duduk di sofa dan berdebat soal liga-liga Eropa, ketimbang pergi keluar melihat pemainnya sendiri. Namun demikian, ISL telah mengubah kutu-kutu sofa itu menjadi orang-orang yang benar-benar menonton ke stadion."

ISL memang bukanlah satu-satunya liga di India. Masih ada I-League yang dikelola oleh All India Football Federation (AIFF) --di mana juara liga dan runner up-nya berkompetisi di kualifikasi Liga Champions Asia atau kualifikasi Piala AFC. Namun, AIFF menyebut, hadirnya ISL cukup penting.

Untuk jangka panjang, ISL diharapkan bisa membawa pengaruh positif pada sepakbola India secara keseluruhan. India --dan juga I-League-- berharap bisa belajar membangun infrastruktur yang lebih baik dan mendapatkan pengalaman dari para pemain Eropa dan Amerika Latin yang bermain di ISL.

"Standar bermain di liga itu cukup tinggi dan itu akan membantu para pemain India untuk bermain lebih baik dengan bermain bersama pemain-pemain internasional serta belajar dari pelatih-pelatih top," ucap sekretaris AIFF, Kushal Das.

"Liga itu telah membantu mengembangkan infrastruktur sepakbola dan sukses di segala hal. Ini bisa berimbas positif juga kepada I-League," lanjut Das.

(roz/din)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads