Figo awalnya jadi salah satu dari empat kandidat presiden FIFA untuk periode 2015-2019. Selain Figo, ada Van Praag dan Pangeran Ali yang menantang incumbent Sepp Blatter.
Namun, dalam prosesnya Figo akhirnya berubah pikiran dan akhirnya memutuskan untuk tidak ambil bagian dalam pemilihan yang akan dilakukan di markas FIFA di Zurich, 29 Mei mendatang.
Alasan mundur Figo disebabkan dirinya melihat tidak adanya tranparasi dalam proses pemilihan nantinya dan menilai seluruh anggota FIFA seperti satu suara mendukung Blatter untuk berkuasa kembali.
"Saya telah menyaksikannya sendiri bagaimana presiden federasi, setelah satu hari menyamakan pemimpin FIFA dengan iblis, lalu maju ke depan dan membandingkannya dengan Yesus Kristus. Tak ada yang bercerita pada saya tentang ini. Saya menyaksikannya sendiri," ujar Figo dalam pernyataan resminya seperti dikutip Soccerway.
"Para kandidat dilarang menegur federasi ketika kongres, sementara salah satu kandidat ada yang selalu (diizinkan) untuk berpidato dari mimbar pribadinya. Tak ada satupun debat publik soal visi dan misi dari masing-masing kandidat."
"Apakah semua orang berpikir bahwa wajar bahwa pemilihan pemimpin dari sebuah organisasi besar di planet ini, bisa berjalan tanpa adanya debat publik? Apakah orang-orang berpikir bahwa wajar jika salah satu kandidat dengan entengnya membebebarkan manifesto pemilihan untuk voting pada 29 Mei nanti? Bukankah setiap pemimpin federasi harus tahu seperti apa calon yang mereka pilih nanti?."
"Harusnya seperti itu, tapi namun rasanya-rasanya tidak akan berjalan seperti itu. Pemilihan nanti sepertinya akan jadi pemberian kekuasaan absolut untuk satu orang saja - saya sama sekali tidak suka itu."
"Itulah mengapa, setelah berpikir panjang dan berbagi padangan dengan dua kandidat lain, saya yakin apa yang akan terjadi pada 29 Mei di Zurich bukanlah sebuah pemungutan suara normal seperti biasanya."
"Saya sudah membuat keputusan bahwa saya tidak akan ikut dalam apa yang disebut sebagai pemilihan presiden FIFA."
Setelah dua kandidat mundur, maka kini tinggal Pangeran Ali yang akan head-to-head dengan Blatter pada pemilihan yang dilakukan pekan depan.
(Mohammad Resha Pratama/Rifqi Ardita Widianto)