Setelah tak ikut serta dalam perhelatan Piala Eropa 1960, Irlandia Utara kemudian banyak menghabiskan tahun demi tahun mentok di fase kualifikasi pesta sepakbola negara-negara Eropa (1964-2012, alias 13 edisi Piala Eropa).
Baru untuk edisi Piala Eropa 2016 tim berjuluk 'Norn Iron' dan 'Green and White Army' tersebut berhasil menembus putaran final. Status juara grup fase kualifikasi disabet usai bersaing dengan tim-tim macam Rumania, Hongaria, Finlandia, dan Yunani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menghadapi hal tersebut, boleh jadi para suporter Irlandia Utara pun bakal berusaha datang langsung ke Prancis untuk menyemangati kiprah Steven Davis cs yang di fase grup akan berhadapan dengan Jerman, Ukraina, dan Polandia.
Menurut NewsLetter.co.uk, sekitar 50 ribu suporter negara yang menjadi perempatfinalis Piala Dunia 1958 tersebut diperkirakan bakal hadir langsung di partai-partai fase grup skuat Michael O'Neill itu di Nice, Lyon, dan Paris.
Para suporter Irlandia Utara sendiri disebut bukanlah biang onar. Tetapi kegembiraan kembali tampilnya tim kesayangan di turnamen besar, plus kesukaan minum-minuman beralkohol, berpotensi membuat ke-50 ribu suporter itu bergesekan dengan aparat.
Itulah mengapa delapan opsi polisi dari Irlandia Utara bakal diutus untuk ikut menemani para suporter ke Prancis. Mereka bakal bertugas jadi semacam "penterjemah kultur".
"Kami sudah memunculkan istilah penterjemah kultur, begitulah kami melihat tugas kami," kata Inspektur Nigel Goddard dari Police Service of Northern Ireland (PSNI), yang memimpin delegasi itu, kepada NewsLetter.co.uk
[Getty Images/Stephen Pond] |
Delapan perwakilan polisi tersebut rencananya bakal terus mengikuti aktivitas para suporter Irlandia Utara sepanjang turnamamen demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, dan secara khusus "menerjemahkan" beda kultur antara kedua negara.
"Suporter Irlandia Utara tidak memiliki sejarah bikin ulah, atau kami menduga suporter kami akan berulah di Prancis. Tetapi mereka punya reputasi suka minum, terkadang bisa sampai anti-sosial kalau sudah berlebihan," ujar Goddard.
"Salah satu hal yang berusaha kami lakukan di sana adalah memberi interpretasi dan penjelasan kepada para suporter kami untuk menghargai orang setempat, dan kultur dan tradisi Prancis.
"Kami juga akan bekerja sama dengan pihak berwenang Prancis untuk menjelaskan bahwa sekelompok besar orang berpakaian hijau yang melompat-lompat dan menyanyikan 'Sweet Caroline' adalah sikap bersenang-senang yang biasa. Itu bukan indikasi berulah," tuturnya.
(krs/raw)












































[Getty Images/Stephen Pond]