Adalah Federasi Sepakbola Rwanda (FERWAFA) yang kini memberlakukan peraturan mengenai pelarangan aksi jampi-jampi dalam laga sepakbola di negara tersebut.
"Dalam statuta FERWAFA kami tak punya peraturan untuk menghukum penggunaan ilmu sihir karena di dunia ini pun tak ada bukti hal tersebut bisa memengaruhi hasil pertandingan," kata Wakil Presiden FERWAFA Vedaste Kayiranga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kejadian yang dimaksud Kayiranga itu merujuk pada pertandingan antara Mukura Victory Sports versus Rayon Sport yang dilangsungkan sebelumnya pada bulan ini.
Pada satu waktu dalam laga itu Moussa Camara, penyerang Rayon, tampak kesal setelah sebuah tandukannya mengenai mistar gawang tim lawan. Rayon saat itu sedang berusaha bangkit dari ketinggalan 0-1.
Nah, tak berapa lama setelahnya Camara tampak berlari ke salah satu tiang gawang tim lawan dan mengambil sesuatu. Tindakannya di injury time tersebut membuat berang para pemain Mukura; si kiper berusaha menarik Camara dan pemain lain berupaya menendangnya.
![]() |
Yang menarik kemudian adalah fakta bahwa di menit-menit awal babak kedua Camara berhasil menjebol gawang Mukura lewat sepakan jarak jauhnya dari sisi kiri lapangan. Itu menjadi gol penyama kedudukan dalam laga yang berakhir 1-1.
Menurut Rwanda New Times, kini para pelatih dan pemain di negara itu terancam denda berat dan sanksi lain jika ketahuan bersalah menggunakan ilmu sihir. Klub bahkan bisa dipotong tiga poin.
"Sedih sekali kami masih percaya dengan hal-hal seperti itu di sepakbola, ini bukan cuma memberi citra buruk pada negeri ini tapi membunuh perkembangan sepakbola," ujar Jimmy Mulisa, mantan pemain internasional Rwanda.
"Saya pikir (FERWAFA) harus mengambil tindakan serius terkait hal itu. Saya pribadi tak percaya dengan hal semacam itu dan saya bahkan harus menyudahi karier main lebih dini karena kebanyakan tim yang saya perkuat percaya dengan urusan jampi-jampi ilmu sihir," bebernya.
(krs/fem)