The Indomitable Lions tertinggal lebih dulu dari The Pharaohs di Stade de l'Amitie, Libreville, Senin (6/2/2017) dinihari WIB, tapi berhasil bangkit dan mengalahkan tim tersukses Piala Afrika yang punya tujuh titel itu.
Gol dari Nicolas N'Koulou dan Vincent Aboubakar membuahkan titel kelima Kamerun, yang belum pernah lagi bisa menambah koleksinya sejak 2002 alias 15 tahun silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Persepakbolaan di Kamerun memang tidak menjanjikan kekayaan, korup, dan tak transparan. Bahkan Sportstar menyebut bahwa 67% pemain Kamerun di Piala Afrika 2017 tidak punya salinan kontrak dengan klub-klub di negara mereka.
David Low, pesepakbola asal Singapura yang bermain untuk klub Cosmos de Bafia, dalam wawacara dengan AP, bahkan menyebut pemain di Kamerun terjebak seperti budak, klub-klub lokal dikuasai bos dari dunia bisnis dan pemerintahan yang korup, sehingga mereka seperti menghadapi musuh-musuh yang tidak kelihatan.
Pun begitu, angin segar setidaknya datang ke Kamerun pada Februari 2016, seiring ditunjuknya Hugo Broos sebagai pelatih kepala timnas. Perombakan besar-besaran di dalam daftar pemain timnas dilakukan Broos yang dengan berani mendepak pemain jam terbang tinggi dan menggantinya dengan pemain muda yang relatif masih tak punya nama.
"Ketika saya datang ke Kamerun setahun lalu, ada sekelompok pemain lama yang sudah lawas dan tidak punya motivasi. Saya harus mengubahnya," ujar Broos, seperti dikutip Reuters.
"Pemain saat itu bermain tanpa semangat, mereka main untuk tim nasional cuma karena kewajiban, karena diminta datang. Jadi saya putuskan sedikit melakukan perubahan dengan memasukan pemain muda dan saya pikir ini berjalan baik," sambung pelatih asal Belgia itu.
Media di Kamerun sempat menghajarnya dengan kritikan lantaran keputusannya itu. Apalagi dari deretan nama pemain yang ikut serta di Piala Afrika 2017, hanya ada empat pemain yang turut serta di Piala Dunia 2014 lalu. Mereka adalah Nicolas Nkoulou, Vincent Aboubakar, Benjamin Moukandjo, dan Edgar Salli. Tapi Broos tak dendam.
"Dendam dengan wartawan adalah hal bodoh. Saya bekerja untuk mendapatkan hasil dan senang telah menjuarai Piala Afrika," tegas Broos.
![]() |
"Ini adalah awal yang baik. Saya tidak masalah jika pers mengkritik pemain saya, tapi saya harap itu dilakukan dengan adil dan secara objektif. Sekarang kami sudah menjuarai Piala Afrika, saya harap hubungan dengan media akan terus membaik," tegas pria 64 tahun itu.
Gelar juara tersebut tentu saja tidak praktis meniadakan masalah-masalah di persepakbolaan Kamerun. Tapi ini pun merupakan salah satu ujian buat menguji kegigihan, ketangguhan, dan keperkasaan para singa negeri itu, sebagaimana julukan timnas Kamerun -- The Indomitable Lions.
(krs/raw)