Pose Ibrahimovic dengan Sosok yang Sudah Mengubah Permainannya

Pose Ibrahimovic dengan Sosok yang Sudah Mengubah Permainannya

Kris Fathoni W - Sepakbola
Selasa, 21 Feb 2017 13:09 WIB
Foto: Reuters / Tony O'Brien
Manchester - Sepanjang kariernya di sepakbola, Zlatan Ibrahimovic sudah pernah dilatih oleh sejumlah pelatih jempolan. Tapi adalah Fabio Capello yang disebut Ibrahimovic telah mengubah permainannya.

Penyerang asal Swedia berusia 35 tahun itu pernah membela Malmo, Ajax, Juventus, Inter Milan, Barcelona, AC Milan, Paris Saint-Germain, dan kini Manchester United.

Ibrahimovic pun di antaranya pernah dilatih Jose Mourinho, yang kini juga menanganinya di MU, Laurent Blanc, Carlo Ancelotti, Massimiliano Allegri, Pep Guardiola, Ronald Koeman, dan Capello.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari daftar nama itu, Capello ditunjuk Ibrahimovic sebagai sosok yang sudah mengubah permainannya sebagaima terungkap dalam sebuah postingan-nya di Instagram. "Orang yang telah mengubah permainanku, Fabio Capello," tulis Ibrahimovic.

The person who changed my game Fabio Capello

A post shared by IAmZlatan (@iamzlatanibrahimovic) on Feb 20, 2017 at 6:07am PST




Semasa melatih AS Roma, Capello mulai menyadari potensi Ibrahimovic muda. Capello baru berkesempatan merekrutnya ketika mulai menangani Juventus pada 2004.

Capello pun sebelum ini pernah mengungkap keyakinan bahwa ia pun percaya bahwa dirinya sudah ikut berkontribusi besar dalam membentuk permainan Ibrahimovic seperti yang kita tahu sekarang ini.

"Saya melihat Ibra untuk kali pertama ketika melatih Roma dan sadar ia punya teknik bagus. Saya ingin merekrutnya buat Roma, tapi lini depan kami masih terisi penuh dengan pemain macam Gabriel Batistuta, Francesco Totti, Vincenzo Montella, Marco Delvecchio, dan Antonio Cassano, jadi kami tak bisa melakukannya," kata Capello seperti pernah dilansir Football Italia.

Pose Ibrahimovic dengan Sosok yang Sudah Mengubah PermainannyaFoto: Ian Walton/Getty Images for Laureus

"Ketika saya ke Juventus, saya minta klub merekrutnya karena saya belum pernah melihat seorang pemain dengan kekuatan fisik dan juga kualitas teknik. Setelah sebulan di Juve saya melihat ia tidak menendang bola dengan baik dan tak oke di udara. Tapi ia orang yang punya harga diri tinggi dan bekerja keras setiap hari untuk meningkatkan kemampuan diri. Usai latihan resmi, ia masih bertahan sendirian untuk bisa latihan ekstra.

"Pada saat itu gol-gol belum ada dalam DNA-nya karena ia lebih menikmati bikin assist. Ia mengikuti saran saya untuk lebih bertekad di depan gawang dan ia pun berubah jadi target man ulung. Ia rendah hati tapi juga menyenangi jadi Nomor Satu," tutur si peracik taktik asal Itala itu.


(krs/cas)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads