Drama dan Kejutan di Bursa Transfer Sepakbola

Drama dan Kejutan di Bursa Transfer Sepakbola

Kris Fathoni W - Sepakbola
Senin, 10 Jul 2017 19:15 WIB
Drama dan Kejutan di Bursa Transfer Sepakbola
Robinho (Foto: Alex Livesey/Getty Images)
Jakarta - Bursa transfer di dunia sepakbola acapkali sulit ditebak seperti hasil dalam permainan itu sendiri. Drama dan kejutan pun bisa terjadi, seperti kisah-kisah ini.

Ada pesepakbola yang awalnya santer disebut akan hijrah ke klub A tapi akhirnya justru berlabuh ke klub B, membuatnya sampai sempat salah sebut nama. Pesepakbola lain pindah haluan akibat sentuhan personal yang dilakukan sosok manajer salah satu klub peminat.

Simak kisah-kisah transfer ini, yang kejutannya seperti menggarisbawahi istilah betapa "bola itu bundar":

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


1. Dimitar Berbatov ke Manchester United

Dimitar Berbatov merayakan golnya untuk MU (Foto: Alex Livesey/Getty Images)
Setelah mencetak 23 gol secara beruntun di masing-masing dua musimnya bersama Tottenham Hotspur, Dimitar Berbatov jadi penyerang incaran di Eropa pada musim panas 2008, dengan Manchester United dan Manchester City jadi dua peminat utama.

Menurut Independent.ie, pada satu titik Spurs sudah menyepakati transfer Berbatov sebesar 34 juta poundsterling dengan City. Spurs saat itu juga menolak bicara kepada MU.

Nah, Berbatov kemudian bertolak menuju ke bandara Manchester untuk menyelesaikan transfer dengan klub barunya itu. Tapi alih-alih disambut oleh ofisial City, di sana ia justru ditemui oleh Manajer MU Alex Ferguson yang langsung melakukan pendekatan personal.

Terhadap hal tersebut Spurs pada awalnya sempat mengancam akan melaporkan tindakan MU itu kepada otoritas Premier League. Namun, The Lily Whites akhirnya melunak dan setuju menjualnya ke The Red Devils.

"Saya tersanjung ia (Ferguson) menyisihkan banyak waktu buat saya. Secara pribadi ia datang menjemput saya di bandara. Itu mengejutkan saya, tapi merupakan sebuah kehormatan bisa mengenalnya," kata Berbatov.

2. Robinho ke Manchester City

Aksi Robinho di Manchester City (Foto: Alex Livesey/Getty Images)
Di musim panas 2008, Robinho sudah tak lagi kerasan di Real Madrid setelah pembicaraan kontrak baru kandas di tengah jalan dalam sejumlah kesempatan.

Pada awalnya Robinho bersikeras ingin hijrah ke Chelsea, yang saat itu ditangani oleh Luiz Felipe Scolari -- sosok pelatih asal Brasil sebagaimana halnya pemain bersangkutan.

Kepindahan ke Chelsea pun sempat tampak kian dekat pada kenyataan, kendatipun di saat-saat terakhir Robinho malahan diumumkan sudah bergabung dengan klub lain di Inggris, Manchester City.

Hal ini pun tampaknya menjadi kejutan pula buat Robinho, yang sempat keseleo lidah dan salah menyebut City sebagai Chelsea dalam sebuah wawancara ketika baru direkrut The Citizens.

"Oiya, Manchester (City). Sori," kata Robinho ketika itu, setelah si pewawancara meluruskan perkataannya.

3. Kevin Keegan ke Southampton

Kevin Keegan ketika bermain untuk Soton (Foto: Duncan Raban/Allsport/Getty Images)
Setelah meraih Ballon d'Or pada 1978 dan 1979, Kevin Keegan meninggalkan Hamburg untuk Southampton pada musim panas 1980. Ketika itu Hamburg baru saja jadi finalis Piala Champions.

Lawrie McMenemy, manajer Soton waktu itu, sudah mengumpulkan para jurnalis di Hotel Potters Heron dan mengatakan mereka akan bertemu seseorang yang bakal memainkan peran besar di masa depan Southampton.

Media yang berkumpul awalnya menduga McMenemy dan pihak klub memberi pengumuman pindah stadion belaka. Mereka pun tak ayal merasa terkejut saat Keegan memasuki hotel.

"Ketika saya tiba di Bandara Southampton, tak ada yang punya dugaan macam-macam. Kemunculan saya dalam konferensi pers disambut dengan kehebohan besar," kata Keegan dalam otobiografinya.


4. Robbie Keane ke Inter Milan

Robbie Keane dalam masa singkatnya di Inter Milan (Foto: Claudio Villa /Allsport)
Pada musim panas 1999 Keane mencuri perhatian dengan menjadi remaja termahal dalam sepakbola Inggris usai bergabung dengan Coventry City dari Wolverhampton Wanderers lewat transfer sebesar 6 juta poundsterling.

Setahun kemudian, musim panas 2000, Coventry melego Keane dengan dua kali lipat harga tersebut seiring dengan kesediaan Inter Milan menggelontorkan uang sebesar 13 juta poundsterling untuk mendapatkan Keane.

Marcello Lippi yang ketika itu melatih Inter memang sempat menyatakan penilaian positifnya untuk Keane yang dinilainya sebagai pemain muda potensial. Tapi situasi berubah setelah Lippi dipecat pada Oktober 2000.

Marco Tardelli yang jadi pengganti rupanya menganggap lini depan Inter sudah kebanyakan pemain dan Keane pun dipinjamkan ke Leeds United pada Desember 2000 -- sampai dipermanenkan pada Mei 2001 dengan nilai 12 juta poundsterling.


5. Matt Smith ke Fulham

Matt Smith merayakan gol ketika membela Fulham (Foto: Jordan Mansfield/Getty Images)
Nama Matt Smith mungkin tidak terlalu familiar untuk para penggemar sepakbola. Tapi kisah transfernya di musim panas tahun 2014 cukup menarik untuk disimak.

Pada Juli 2014, Leeds United menolak tawaran Millwall untuk Smith. Pada 1 Agustus, ia diserahi nomor punggung 9 sebagai penegas kepercayaan Leeds pada topskorer musim sebelumnya itu. Di 18 Agustus, Smith teken kontrak baru berdurasi tiga tahun.

Pada 31 Agustus, 10 menit menjelang penutupan bursa transfer musim panas, akun Twitter Leeds tiba-tiba meminta para suporternya agar tidak buru-buru tidur karena masih akan ada aktivitas lain. Setelah itu diumumkanlah Smith bakal gabung ke Fulham.

Maka jadilah Smith resmi menjadi pemain baru Fulham ketika hari berganti pada tanggal 1 September, cuma sekian pekan usai teken kontrak baru dengan Leeds.


Halaman 2 dari 6
Setelah mencetak 23 gol secara beruntun di masing-masing dua musimnya bersama Tottenham Hotspur, Dimitar Berbatov jadi penyerang incaran di Eropa pada musim panas 2008, dengan Manchester United dan Manchester City jadi dua peminat utama.

Menurut Independent.ie, pada satu titik Spurs sudah menyepakati transfer Berbatov sebesar 34 juta poundsterling dengan City. Spurs saat itu juga menolak bicara kepada MU.

Nah, Berbatov kemudian bertolak menuju ke bandara Manchester untuk menyelesaikan transfer dengan klub barunya itu. Tapi alih-alih disambut oleh ofisial City, di sana ia justru ditemui oleh Manajer MU Alex Ferguson yang langsung melakukan pendekatan personal.

Terhadap hal tersebut Spurs pada awalnya sempat mengancam akan melaporkan tindakan MU itu kepada otoritas Premier League. Namun, The Lily Whites akhirnya melunak dan setuju menjualnya ke The Red Devils.

"Saya tersanjung ia (Ferguson) menyisihkan banyak waktu buat saya. Secara pribadi ia datang menjemput saya di bandara. Itu mengejutkan saya, tapi merupakan sebuah kehormatan bisa mengenalnya," kata Berbatov.

Di musim panas 2008, Robinho sudah tak lagi kerasan di Real Madrid setelah pembicaraan kontrak baru kandas di tengah jalan dalam sejumlah kesempatan.

Pada awalnya Robinho bersikeras ingin hijrah ke Chelsea, yang saat itu ditangani oleh Luiz Felipe Scolari -- sosok pelatih asal Brasil sebagaimana halnya pemain bersangkutan.

Kepindahan ke Chelsea pun sempat tampak kian dekat pada kenyataan, kendatipun di saat-saat terakhir Robinho malahan diumumkan sudah bergabung dengan klub lain di Inggris, Manchester City.

Hal ini pun tampaknya menjadi kejutan pula buat Robinho, yang sempat keseleo lidah dan salah menyebut City sebagai Chelsea dalam sebuah wawancara ketika baru direkrut The Citizens.

"Oiya, Manchester (City). Sori," kata Robinho ketika itu, setelah si pewawancara meluruskan perkataannya.

Setelah meraih Ballon d'Or pada 1978 dan 1979, Kevin Keegan meninggalkan Hamburg untuk Southampton pada musim panas 1980. Ketika itu Hamburg baru saja jadi finalis Piala Champions.

Lawrie McMenemy, manajer Soton waktu itu, sudah mengumpulkan para jurnalis di Hotel Potters Heron dan mengatakan mereka akan bertemu seseorang yang bakal memainkan peran besar di masa depan Southampton.

Media yang berkumpul awalnya menduga McMenemy dan pihak klub memberi pengumuman pindah stadion belaka. Mereka pun tak ayal merasa terkejut saat Keegan memasuki hotel.

"Ketika saya tiba di Bandara Southampton, tak ada yang punya dugaan macam-macam. Kemunculan saya dalam konferensi pers disambut dengan kehebohan besar," kata Keegan dalam otobiografinya.


Pada musim panas 1999 Keane mencuri perhatian dengan menjadi remaja termahal dalam sepakbola Inggris usai bergabung dengan Coventry City dari Wolverhampton Wanderers lewat transfer sebesar 6 juta poundsterling.

Setahun kemudian, musim panas 2000, Coventry melego Keane dengan dua kali lipat harga tersebut seiring dengan kesediaan Inter Milan menggelontorkan uang sebesar 13 juta poundsterling untuk mendapatkan Keane.

Marcello Lippi yang ketika itu melatih Inter memang sempat menyatakan penilaian positifnya untuk Keane yang dinilainya sebagai pemain muda potensial. Tapi situasi berubah setelah Lippi dipecat pada Oktober 2000.

Marco Tardelli yang jadi pengganti rupanya menganggap lini depan Inter sudah kebanyakan pemain dan Keane pun dipinjamkan ke Leeds United pada Desember 2000 -- sampai dipermanenkan pada Mei 2001 dengan nilai 12 juta poundsterling.


Nama Matt Smith mungkin tidak terlalu familiar untuk para penggemar sepakbola. Tapi kisah transfernya di musim panas tahun 2014 cukup menarik untuk disimak.

Pada Juli 2014, Leeds United menolak tawaran Millwall untuk Smith. Pada 1 Agustus, ia diserahi nomor punggung 9 sebagai penegas kepercayaan Leeds pada topskorer musim sebelumnya itu. Di 18 Agustus, Smith teken kontrak baru berdurasi tiga tahun.

Pada 31 Agustus, 10 menit menjelang penutupan bursa transfer musim panas, akun Twitter Leeds tiba-tiba meminta para suporternya agar tidak buru-buru tidur karena masih akan ada aktivitas lain. Setelah itu diumumkanlah Smith bakal gabung ke Fulham.

Maka jadilah Smith resmi menjadi pemain baru Fulham ketika hari berganti pada tanggal 1 September, cuma sekian pekan usai teken kontrak baru dengan Leeds.


(krs/din)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads