Argentina masih berjuang lolos ke putaran final Piala Dunia di Rusia tahun depan. Saat ini mereka tertahan di peringkat enam klasemen kualifikasi zona CONMEBOL.
Lionel Messi dkk masih harus bersaing dengan Peru, Kolombia, Paraguay dan Chile. Kemenangan jelas dibutuhkan saat menghadapi Ekuador di Estadio Olimpico Atahualpa, Rabu (11/10/2017) pagi WIB, guna menjaga peluang tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andai mau menang, Argentina tentu minimal harus bisa bikin gol. Namun statistik yang dilansir Opta menyebutkan, tim besutan Jorge Sampaoli itu kesulitan melakukannya dalam enam bulan terakhir.
Cuma satu gol dilesakkan Argentina sejak 24 Maret hingga pertandingan melawan Peru 6 Oktober lalu. Itu pun lewat bunuh diri ketika menghadapi Venezuela, 6 September lalu.
Namun setidaknya, Argentina bisa berharap bikin gol ke gawang Ekuador. Pasalnya, gawang lawannya itu selalu kebobolan di lima laga terakhir yang berakhir kekalahan di kualifikasi.
Selain gol, masalah lain Argentina saat menghadapi Ekuador adalah lokasi pertandingan. Stadion Atahualpa atau yang kerap disebut Quito, berada di ketinggian 2.782 meter atau 9.127 kaki di atas permukaan laut.
Sulitnya bermain di lapangan yang terletak di dataran tinggi adalah kadar oksigen yang tipis. Brasil merasakannya, ketika ditahan Bolivia tanpa gol di Estadio Hernando Siles, La Paz, yang berada di ketinggian 3.637 meter di atas permukaan laut, pekan lalu.
Para pemain Selecao sampai harus mengenakan tabung oksigen usai pertandingan. Neymar bahkan menyebutnya sebagai hal yang tidak manusiawi.
Argentina punya pengalaman tidak menyenangkan saat bermain di dataran tinggi. Pada 2013, ketika juga menghadapi Bolivia di La Paz, Messi sampai muntah-muntah di lapangan dan Angel Di Maria harus ditandu keluar karena kekurangan oksigen.
Kekalahan terakhir Argentina di fase kualifikasi kali ini juga didapat di La Paz Maret lalu. Terlepas karena Messi absen karena dihukum larangan bertanding, Argentina kalah juga karena faktor alam.
Tak ayal, Argentina perlu mengatasi masalah gol dan oksigen saat menghadapi Ekuador nanti. Dalam kondisi demikian, wajarkah rasanya berharap banyak pada Messi sang Messiah (penyelamat)? (din/din)