Italia berjarak dua pertandingan dari putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia. Mereka akan menghadapi Swedia di laga dua leg, pertama digelar di Friends Arena, Sabtu (11/11/2017) dinihari WIB dan yang kedua di San Siro, Selasa (14/11) mendatang.
"Ini takkan jadi tantangan yang mudah. Swedia itu super-terorganisasi dan tanpa beban. Tapi yang membuat saya positif adalah di laga-laga macam ini, kami selalu mengerahkan segala upaya," ungkap Ranieri kepada Gazzetta dello Sport.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Italia sebenarnya unggul secara pertemuan atas Swedia, di mana dalam lima pertemuan terakhir tak terkalahkan dan memetik empat kemenangan. Namun belakangan mereka sedang tak tampil baik.
Selepas kalah 0-3 dari Spanyol, performa Gli Azzurri tak terlalu meyakinkan dengan hanya menang tipis 1-0 atas Israel dan Albania serta diimbangi Makedonia 1-1. Dengan tekanan yang besar, Italia bisa saja terpeleset dan gagal ke Rusia.
Sebelumnya eks penyerang Italia Pierluigi Casiraghi menyebut bahwa gagal lolos bakal menyamai tragedi di Piala Dunia 1966. Saat itu mereka tampil di putaran final, tapi disingkirkan tim debutan Korea Utara di fase grup.
Ranieri tak mau menyebut gagal lolos berarti bencana, tapi mengakui publik Italia akan sulit menerima hasil tersebut.
"Ketika kami melihat bahwa Spanyol ada di grup kami, itu sudah hampir pasti bahwa kami bakal harus memainkan laga play-off. Saya tak merasa kami akan melewatkan Piala Dunia, tapi kalaupun terjadi itu takkan jadi sebuah bencana. Bencana itu sesuatu yang lain," sambungnya.
"Masalahnya adalah kami sebagai orang Italia, tak tahu caranya menerima kekalahan. Kalau benar kami gagal ke Piala Dunia, setelah memberikan 100 persen upaya di dua laga dengan Swedia, beri pujian untuk lawan," tandas pelatih yang memenangi Premier League bersama Leicester City ini. (raw/krs)











































