Negeri Sejuta Gajah Bangkit di Kampung Gajah

Piala ASEAN U-20

Negeri Sejuta Gajah Bangkit di Kampung Gajah

- Sepakbola
Sabtu, 13 Agu 2005 18:30 WIB
Palembang - SEPAKBOLA di Asia Tenggara tampaknya bukan lagi milik "wong Melayu". Kekuatan dari negeri "sejuta gajah" yakni Laos, Myanmar, Vietnam mulai menunjukan taringnya di Asia Tenggara. Ini setidaknya tercermin dalam Piala ASEAN U-20 yang berlangsung di Palembang dari 5-19 Agustus 2005.Entah ada hubungan atau tidak, kebangkitan mereka pun di provinsi yang juga dikenal sebagai "kampung seribu gajah".Hingga babak penyisihan grup, Laos, Myanmar dan Vietnam sudah memastikan lolos ke putaran kedua atau ke babak semifinal. Di Grup B, Laos dan Vietnam menyingkirkan tim kuat "wong Melayu" yakni Singapura, dan tim pendatang baru Timor Leste dan Maladewa.Sementara di Grup A, Myanmar memastikan maju ke semifinal setelah menuntaskan tiga pertandingan secara penuh, termasuk mengempaskan tim kuat "wong Melayu" lainnya yakni Malaysia.Satu kursi pendamping akan ditentukan antara Indonesia dan Malaysia yang akan melakukan pertandingan Sabtu (13/8/2005) sore ini. Keduanya akan mewakili "wong Melayu". Hanya, Malaysia memiliki peluang lebih besar yakni akan menghadapai Brunei Darussalam di Lapangan Patrajaya, Plaju, Palembang, dan secara bersamaan Indonesia akan menjajal Myanmar di Stadion Gelora Sriwijaya.Malaysia lebih punya peluang yakni soal selisih gol. Sebab, Malaysia dapat saja membantai Brunei dengan selisih gol lebih dari 3 gol. Sementara Indonesia menang 1-0 atas Myanmar saja tampaknya sulit terwujud.Kembali soal bangkitnya sepakbola "negeri sejuta gajah". Bila kita runut perjalanan sejarah, sepakbola bangkit di Laos, Myanmar, Vietnam dan Kamboja, mungkin tidak terlepas setelah konflik politik di negeri yang masih dipercaya menyimpan kekayaan alam tropis itu, berangsur selesai. Mungkin hanya Myanmar yang masih mengalami persoalan politik.Tampaknya masyarakat di sana mulai sadar bahwa sepakbola dapat menjadi alat revolusi sosial. Yang mana sepakbola dapat mempromosikan sebuah bangsa, sepakbola dapat mendatangkan kekayaan, sepakbola dapat memberikan mimpi buat anak petani dan anak buruh untuk menunjukkan diri di dunia international. Intinya sepakbola jelas lebih populer dari kekuatan militer yang telah memporak-porandakan masyarakat di "negeri sejuta gajah".Bagaimana dengan Indonesia? Tampaknya reformasi politik di Indonesia tampaknya menepiskan sepakbola sebagai bagian dari alat perubahan. Reformasi hanya membuat orang sibuk berebut kursi kekuasaan, sehingga lupa bahwa Maradona, Pele, David Beckham, Michael Owen atau Michael Ballack lebih populer dari seorang menteri. Selamat buat "negeri sejuta gajah" yang berjuang di "kampung seribu gajah". (ian/)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads