Warisan dari Corinthians FC

Warisan dari Corinthians FC

- Sepakbola
Selasa, 04 Sep 2007 08:23 WIB
London - Di London Barat Daya tepatnya di satu wilayah bernama Tolworth, ada sebuah stadion sepakbola kecil. Ada tribun mini dengan tiga baris tempat duduk memanjang.Kursinya walau bersih rapi, jelas berasal dari jaman yang telah lewat. Ruang ganti pemain, seperti namanya, ya emang hanya cukup untuk berganti pakaian. Seadanya, sekadarnya. Nama stadion itu King George's Field.Inilah kandang Corinthians Football Club. Klub ini berkompetisi di liga yang disebut Ryman League Division One South. Itu sama artinya dengan delapan divisi di bawah liga utama Inggris, kompetisi antarkampung.Karenanya jelas nama klub ini tidak dikenal oleh penggemar sepakbola dunia, apalagi di Indonesia. Wong orang Inggris saja tidak semuanya tahu.Tetapi membuka buku sejarah persepakbolaan, jangan kaget anda akan berulang-ulang terantuk dengan nama Corinthians ini.Sepakbola dunia banyak berhutang budi dengan klub ini. Jauh ketika jaman melawat berkeliling dunia belum populer, ketika pertandingan antar negara belum baku, klub ini telah melakukannya. Bukan untuk pamer, bukan untuk mengeruk uang, tetapi mewartakan permainan sepakbola yang baik dan benar.Sejak awal 1900an mereka berkeliling ke seluruh Eropa dan bertanding melawan klub-klub besar setempat. Salah satu kemenangan terbesar mereka adalah ketika meluluhlantakkan tim nasional Belgia 12-0. Sebegitu hebatnya penampilan mereka akhirnya Real Madrid mencomot seragam putih-putih yang mereka pakai. Agar tuah menular.Sempat ada satu kompetisi di Swedia bernama Corinthians Bowl untuk memperingati lawatan Corinthians ke negeri itu tahun 1904.Ketika tahun 1910 mereka ke Brasil dan bertanding salah satunya dengan kumpulan pemain terbaik Brasil di Rio de Janeiro. Skor pertandingan... 5-2 untuk Corinthians.Hingga sekarang tidak pernah lagi skor itu terulang oleh klub Inggris, apalagi oleh tim nasionalnya yang kalah melulu bila melawan Brasil. Kalau ada klub besar Brasil dengan nama Corinthians Paulista, itulah salah satu tinggalan jaman Corinthians London saat melakukan lawatannya.Bukan hanya itu, mereka juga ke Amerika, Kanada dan Afrika Selatan. Pendeknya setiap penjuru dunia yang terkait dengan Inggris sebisa mungkin mereka kunjungi.Di lingkungan domestik, tak ada klub besar yang tidak mereka kalahkan. Ditahun 1904 Manchester United mereka kalahkan 11-3. Inilah rekor kekalahan terburuk Manchester United yang belum pernah terpecahkan hingga sekarang.Sayang ketika zaman berubah, Corinthians terpancang waktu seperti saat pertama kali dibentuk tahun 1882. Mereka kukuh untuk tetap amatir dan menjujung tinggi nilai "menolak bertanding bila berkait dengan hadiah uang ataupun piala dalam bentuk apapun juga."Corinthians menolak untuk bergabung dengan liga sepakbola walau secara rutin bertanding melawan pemenang Piala FA, dan biasanya mereka selalu menang.Menjadi Gentleman -menjadi beradab- adalah segalanya untuk pemain dan pengurus Corinthians, yang awalnya memang berisi lulusan Cambridge dan Oxford. Menafikkan uang dan menjunjung nilai kemanusiaan lewat sepakbola. Boleh menang tetapi tidak boleh mengejek dan tetap menghormati lawan.Menang sangatlah penting -karena namanya juga permainan- tetapi lebih penting lagi memberi "pencerahan" agar kemampuan lawan juga meningkat. Agar setara dan permainan menjadi menarik sebagai tontonan.Terus terang saya belum pernah melihat Corinthians versi yang sekarang ini bermain. Tetapi ketika mendengar bahwa para pemain sering terlambat berlatih, mungkin nilai ke"Corinthian"an sudah tak tersisa. Tak apa, setidaknya sejarah pernah mereka torehkan. Sepakbola mungkin sekadar untuk bersenang-senang saja, tidak perlu dibebani nilai-nilai muluk warisan sejarah. Mungkin.===*)Penulis adalah wartawan Detikcom, tinggal di London. (lza/lom)

Hide Ads