Peristiwa tak mengenakkan tersebut terjadi setahun sebelum Piala Dunia 1978 di Argentina. Ketika itu Cruyff sedang menjalani musim terakhirnya buat klub Spanyol, Barcelona.
"Untuk bermain di Piala Dunia Anda harus 200 persen (siap). Seseorang datang dan mengacungkan senapan ke kepalaku dan mengikat istriku, sementara anakku ada di flat," ungkap Cruyff kepada Catalunya Radio, yang dilansir Yahoosport, Kamis (17/4/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di saat-saat tertentu, ada hal yang lebih penting dalam hidup...Selama empat bulan rumahku dijaga oleh polisi dan anakku harus dikawal ketika mereka berangkat ke sekolah," kenang dia.
Terhadap insiden itu, Cruyff tidak mengemukakan alasan kenapa dirinya dan keluarga bisa jadi sasaran kekerasan yang juga diduga sebagai sebuah percobaan penculikan tersebut.
Sebelumnya, keputusan Cruyff mundur dari Belanda pada Oktober 1977 --sekaligus menolak membela negaranya di Piala Dunia setahun setelahnya-- disebut-sebut karena reaksinya terhadap kediktatoran militer di Argentina yang menjadi tuan rumah gelaran akbar tersebut.
Pada tahun 1974, Cruyff sukses membawa negaranya jadi runner-up Piala Dunia di Jerman. Empat tahun setelahnya, Belanda kembali menorehkan hasil serupa meski kali ini tanpa Pemain Terbaik Eropa tahun 1971, 1973 dan 1974 itu.
(krs/ian)